Apa Perbedaan antara Pencobaan dan Ujian Di Yakobus 1:13-15?
Daftar isi:
Pencobaan dan ujian dua pengalaman yang berbeda walau sering terjadi pada saat yang sama. Perbedaan keduanya sangat tipis.
Mari kita cari tahu dimana letak perbedaan tersebut. Tuhan tidak mencobai kita tetapi Tuhan menguji kita, Apa bedanya?
Apakah itu pencobaan dan Ujian?
Pencobaan adalah Bujukan untuk berbuat dosa, ajakan untuk berbuat salah. Sementara ujian adalah usaha untuk menemukan kualitas moral atau karakter manusia.
Melalui pencobaan kita dibujuk untuk berbuat jahat, menipu dan itu dapat merusak. Sementara melalui ujian kita dibebaskan dari penipuan.
Ujian bertujuan untuk kebaikan manusia, membuat kita sadar akan diri kita dan kelemahan kita. Pencobaan menuntun secara tidak sadar ke dalam dosa dan kejahatan.
Itulah sebabnya Tuhan menguji kita, supaya kita dimurnikan. Setan mencobai atau menggoda supaya kita jatuh.
Maka Tuhan itu baik dan setan itu jahat. Tuhan membawa kita kepada hal yang benar, setan membawa kepada kesalahan dan kepalsuan.
Pencobaan seperti penggoda yang melihat ke dalam ruangan tempat Anda tinggal, melalui lubang kunci.
Dosa menarik kembali selot kunci dan memungkinkannya untuk masuk.
Peperangan melawan dosa
Pencobaan sendiri bukanlah dosa. Pencobaan adalah panggilan untuk berperang melawan dosa.
Maksudnya adalah kita ini berada dalam perang terus-menerus melawan dosa, dan itu bukan hanya pertempuran sesaat.
Daging kita, sistem dunia yang jahat dan si jahat bertekad untuk menjatuhkan kita!
Salah satu cara kita jatuh dalam dosa adalah karena keinginan sendiri. Yakobus menuliskan hai itu, “dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” (Yakobus 1:14).
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (Yak 1:15.
Karena itu, jangan sampai terseret arus oleh tarikan kuat pencobaan yang datang dari dalam diri sendiri.
Bagaimana seseorang jatuh dalam pencobaan seperti ini alurnya menurut Yakobus 1:14..
Timbul keinginan -> godaan> nafsu / dosa> dosa kebiasaan> kematian
Selanjutnya alur seseorang diuji..
Ujian > iman > ketaatan > ketekunan > mahkota kehidupan.
Benar, Tuhan menguji manusia, tetapi motif dalam menguji itulah yang membedakannya dari pencobaan.
Dalam pencobaan motifnya adalah untuk membujuknya berbuat salah (dosa).
Tetapi Tuhan menguji manusia motifnya menjadikan manusia lebih baik, agar mereka menemukan kelemahan mereka, diselamatkan dari perbuatan salah.
Asal kata dan motif pencobaan
Pencobaan dari kata peirazo. Kata bendanya peira, awalnya untuk menguji, untuk mencoba yang merupakan arti biasa dalam bahasa Yunani kuno.
Konteksnya menentukan arti mana yang dimaksudkan, apakah menguji atau mencobai atau keduanya berlaku secara bersamaan.
Apakah ujian itu untuk kebaikan (seperti dalam Ibr 11:17) atau kejahatan seperti pengalaman Yesus di Mat 4:1, “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai oleh iblis.”
Jadi penggunaan peirazo tergantung pada niatnya dan yang memberikan ujian dan juga respon dari yang diuji.
Setan menggoda untuk mengeluarkan yang buruk; Tuhan menguji untuk mengeluarkan yang baik.
Pencobaan adalah kesempatan untuk mencapai hal yang baik dengan cara yang buruk, di luar kehendak Allah.
Yakobus menggambarkan proses jatuh dalam dosa ini dalam empat tahap yaitu Keinginan, Penipuan, Ketidaktaatan, Kematian.
Perhatikan bahwa kata kerja peirazo di sini diterjemahkan sebagai godaan yang berada dalam kelompok kata yang sama dengan kata benda peirasmos yang diterjemahkan percobaan.
Kata Peirazo/peirasmos ketika digunakan untuk Tuhan mencerminkan ujian-Nya atau mencoba iman orang percaya, tetapi tidak pernah dalam arti mencobai orang percaya untuk berbuat dosa.
Konsep ini jelas terlihat dalam surat Petrus yang pertama bahwa maksud Allah bukanlah untuk menyebabkan dosa atau membinasakan tetapi untuk memurnikan.
- “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” 1 Petrus 1”6-7.
Lebih lanjut dikatakan, “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian (peirasmos), seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.”
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. 1 Petrus 4:12-13.
Kita lihat bahwa tujuan ujian adalah untuk pemurnian karakter untuk kemuliaan Tuhan.
Konteks Peirazo
Kata Peirazo digunakan 3 kali dalam bagian ini masing-masing dalam bentuk waktu sekarang sekarang (“terus diuji”).
Pada penggunaan pertama, jelas bahwa tenses ini menunjukkan bahwa ujian tidak pernah berakhir dalam kehidupan ini tetapi akan berakhir di kehidupan yang akan datang ketika kita dibebaskan tidak hanya dari kehadiran dosa tetapi kesenangan dari dosa.
Peirazo dapat memiliki beberapa nuansa tergantung pada konteksnya:
(1) Percobaan dengan tujuan dan pengaruh yang bermanfaat,
(2) Diizinkan atau dikirim secara ilahi,
(3) Dengan makna yang baik atau netral,
(4) Karakter yang bervariasi,
(5) Pasti dirancang untuk mengarah pada perbuatan salah, pencobaan,
(6) Manusia yang mencoba atau menantang Allah.
Dengan melihat pada beberapa konteks diatas, ada pencobaan yang datang dari Tuhan atau atas kehendak-Nya yang mengizinkan setan mencobai (Misalnya Ayub 1:6,7,8, 9, 10, 11, 12).
Bisa juga akibat perbuatan salah kita sendiri. Ajakan untuk melakukan kejahatan datang dari dunia, sifat jahat (“daging”), atau Iblis.
Konteks Kitab Suci dengan jelas menunjukkan bahwa pengujian/pencobaan adalah godaan untuk berbuat jahat, kata tersebut paling sering diterjemahkan dengan bentuk tempt dalam bahasa Inggris, yang membawa konotasi negatif dan untuk menekankan kembali ini TIDAK PERNAH mengacu pada ujian dari Tuhan.
Alexander Maclaren membedakan antara cobaan dan ujian menulis itu
Kata yang pertama (pencobaan) memiliki gagasan menarik bagian terburuk manusia, dengan harapan agar dia menyerah dan melakukan kesalahan.
Yang terakhir (diuji) berarti seruan kepada bagian yang lebih baik dari manusia, dengan keinginan agar dia bertahan.”
“Pencobaan berkata, ‘Lakukan hal yang menyenangkan ini; jangan terhalang oleh fakta bahwa itu salah.’
Ujian mengatakan, ‘Lakukan hal yang benar dan mulia ini; jangan terhalang oleh fakta bahwa itu menyakitkan.’
Bagaimana menang melawan pencobaan?
Sebuah studi tentang pencobaan dilakukan di Case Western Reserve University. Beberapa peserta disuruh untuk tidak makan dulu.
Setelah itu mereka ditinggal sendirian disatu ruangan dengan sepiring lobak dan sepiring kue. Lobak bisa dimakan; kue itu dilarang.
Semua orang menahan keinginan untuk memakan kue, beberapa dari mereka tergoda untuk makan kue.
Menariknya, godaan tersebut membuat mereka sulit melakukan tugas intelektual segera setelah ujian.
Dr. Roy Baumeister, yang membuat penelitian tersebut, menarik kesimpulan bahwa pengendalian diri adalah sesuatu yang diperlukan untuk melawan pencobaan.
Pencobaan adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang kita tahu salah. Itu mungkin kejahatan yang mengerikan, atau sesuatu yang kita ijinkan, seperti ketidaksabaran, kesombongan, gosip, atau amarah.
Kemenangan atas godaan tidak terletak hanya pada masalah kemauan, tetapi juga pada penguasaan diri, yang mana ini adalah salah satu buah Roh Kudus (Gal. 5:22,23).
Maka Jiwa kita yang lemah ini sebaiknya berseru meminta kekuatan Roh Tuhan, supaya menang melawan penggodaan.
Maka hanya ada satu cara pasti untuk mengalahkan godaan. Kita harus mengandalkan pertolongan Tuhan terus menerus.
Sewaktu kita memercayai Dia dan melakukan apa yang kita tahu benar, Dia akan membimbing kita ke dalam kebenaran dan kekudusan-Nya.
Setiap godaan adalah kesempatan untuk mengatakan “tidak” pada dosa dan “ya” pada Tuhan.
Menghindarkan diri dari pencobaan
Banyak orang membuat rencana untuk tidak tergoda berbuat dosa, tetapi akhirnya mereka jatuh juga kedalamnya.
Mengapa orang-orang jatuh kedalam dosa padahal mereka telah berjanji dan bertekad untuk tidak berdosa? Ilustrasi berikut mungkin bisa membantu.
Seorang ayah memerintahkan anaknya untuk Jangan berenang di kanal itu.”
“Nak, Jangan berenang di kanal itu.”
“Baik, Ayah,” jawabnya.
Tapi dia pulang kerumah dengan membawa baju renang basah malam itu.
“Kemana Saja Kamu?” tanya sang ayah.
“Berenang di kanal,” jawab anak itu.
“Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak berenang di sana?” tanya sang ayah.
“Ya, ayah,” jawab anak itu.
“Kenapa kau masih berenang?” Dia bertanya.
“Yah, Ayah,” dia menjelaskan,
“Saya membawa pakaian renang dan saya tidak bisa menahan godaannya.”
“Mengapa kamu membawa pakaian renangmu kesana?” dia bertanya.
“Jadi saya membawanya kalau-kalau saya tergoda,” jawabnya.
Dari cerita diatas kita dapat mengambil pelajarannya..
Terlalu banyak dari kita berharap untuk berbuat dosa dan dengan demikian membangkitkan dosa itu.
Kita sudah berencana akan berbuat dosa, sekalipun kita juga sudah merencanakan untuk tidak berbuat dosa.
Obat untuk menyembuhkan tindakan seperti itu ditemukan dalam Roma 13:14,
“Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya..”
Jangan main-main dengan pencobaan
Setiap kali kita bermain-main dengan pencobaan, kita dengan mudah akan terhanyut ke dalam bahaya besar.
Seorang wanita sedang mandi di Teluk Meksiko. Dia menikmati kenyamanan bersantai di atas bantal yang digelembungkan yang membuatnya tetap mengapung.
Ketika dia menyadari bahwa dia telah terbawa sekitar setengah mil dari pantai, dia mulai berteriak, tetapi tidak ada yang mendengarnya.
Sebuah kapal penjaga pantai menemukannya lima mil dari tempat dia pertama kali memasuki air.
Dia tidak melihat bahayanya sampai dia berada di luar kekuatan dan kemampuannya sendiri.
Begitulah sifat menipu dari dosa! Kita dibawa secara perlahan hingga jauh ketengah dan sulit untuk Kembali.
Penutup
Seorang anak kecil bernama Jeff mencoba untuk menabung supaya punya uang yang cukup untuk membelikan ibunya hadiah.
Itu adalah perjuangan yang berat karena dia dengan mudah dapat menyerah pada godaan untuk membeli es krim yang tiap hari lewat di depan rumahnya dan rencana menabungnya bisa gagal.
Suatu malam sebelum tidur dia berdoa, “Tolong, ya Tuhan, bantu saya menjauhkan diri Ketika penjual es krim ke kompleks perumahan saya.”
Kita lihat, di usia mudanya Jeff telah belajar bahwa salah satu cara terbaik untuk mengatasi pencobaan adalah dengan menghindari apa yang menarik bagi kelemahan kita.
Semua orang percaya dicobai untuk berbuat dosa. Namun kita tidak perlu menyerah. Tuhan menyediakan jalan untuk menang atas godaan jahat (1Korintus 10:13).
Tetapi kita harus melakukan bagian kita, termasuk menghindari situasi yang akan berkontribusi pada kekalahan rohani kita.
Rasul Paulus menasihati Timotius untuk menjauhkan diri dari keinginan jahat masa muda. Dia harus menjaga jarak dari godaan yang mungkin daya tariknya yang kuat.
Jika memungkinkan, kita tidak boleh membiarkan diri kita berada di tempat yang salah atau dengan orang yang menggoda kita untuk melakukan hal-hal yang seharusnya kita hindari.
Kita akui, bahwa kadang-kadang kita mendekati pencobaan daripada lari darinya. Kita merasa kuat iman dan tidak akan jatuh, ini merupakan sikap yang berbahaya.
“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Yakobus 1:14-15.
Pencobaan datang dari setan untuk menjatuhkan kita kedalam dosa. Ujian, datang dari Tuhan untuk memurnikan karakter kita.
Bersyukur atas semua ujian dari Tuhan, tolak dan hindari setiap pencobaan.