Pastordepan Media Ministry
Beranda Seri Kitab Ayub Apa Nama Penyakit Misterius yang Menimpa Ayub? (Ayub 2:7-8)

Apa Nama Penyakit Misterius yang Menimpa Ayub? (Ayub 2:7-8)

TUHAN tidak tunduk pada perintah Setan untuk menjamah tulang dan daging Ayub. Sebaliknya, Tuhan menyerahkan Ayub kedalam kuasa setan untuk dicobai lebih lanjut..

“Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.”

Tetapi Tuhan menetapkan batasan, melarang setan mengambil nyawa Ayub. Tuhan percaya, Ayub dapat melalui cobaan ini dengan gemilang.

Tuhan tahu Ayub akan terus berkomitmen beriman kepada-Nya sekali pun Iblis menimpakan celaka kepada Ayub.

Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.

Segera setelah dialog ini, Setan pergi dan mengirimkan penyakit barah yang busuk dari ujung kaki hingga kepalanya.

Dalam bayangan Ayub, dia akan mati menyusul anak-anaknya tanpa harapan kesembuhan. Dengan cara ini, Allah mengizinkan iman Ayub diuji hingga ke inti terdalamnya.

Penyakit jenis apa yang menyerang Ayub tidak diketahui. Kata barah dalam bahasa ibrani sehin, menunjukkan peradangan lokal pada kulit. Pusatnya keras dan mengandung nanah.

Namun dari ucapan Ayub, beberapa gejala yang dialaminya meliputi gatal yang menyakitkan (2:8), kecacatan (2:12), bisul bernanah yang mengering, retak, dan berair (7:5)..

Bisul yang terinfeksi cacing (7:5), demam dengan menggigil (21:6; 30:30), kulit menggelap dan mengerut (30:30), mata merah dan bengkak karena menangis (16:16)..

Diare (30:27), insomnia dan delirium (7:4, 13-14), sesak napas (7:15), bau mulut yang tidak sedap (19:17), kurus kering (19:20), dan rasa sakit yang tak tertahankan di seluruh tubuhnya (30:17).

Jadi kita tidak dapat mengidentifikasi secara tepat penyakit apa yang menimpa Ayub. Tidak cukup bukti dalam kitab Ayub.

Petunjuk satu-satunya adalah bahwa Ayub ditimpa bisul. Dimana kata šehîn, dari akar kata yang tercatat dalam Akkadia, Ugarit, Aram, dan Arab yang berarti ‘panas..

Sebagai perbandingan kita bisa melihat tulah Mesir, yaitu bisul ditimpakan kepada mereka.

Memang banyak orang yang mengidentifikasi penyakit ini sebagai kusta, penyakit yang menakutkan jaman kuno.

Ada juga yang mengusulkan penyakit Ayub bernama pemphigus folioceus, karena muncul secara tiba-tiba dan menjadi akut seketika.

Penyakit ini menyerang pria muda yang sehat, menyebabkan peradangan pada kulit yang menjadi gatal tak tertahankan.

Namun dari gejalanya Ayub mengalami berbagai komplikasi dan kemungkinan menderita banyak penyakit.

Poinya, penyakit Ayub hanya setan yang tahu. Setan dapat memilih penyakit kronis apa pun, karena orang kuno tidak mengaitkan kematian dengan penyakit itu sendiri, melainkan dengan Tuhan.

Dengan menimpakan penyakit yang tidak dikenali, sehingga tidak ada tabib dan obat yang dapat menyembuhkannya, maka setan ingin memberi kesan bahwa ini datang dari Tuhan..

Sehingga Ayub akan mengutuki Tuhan, karena memberinnya penyakit yang tak tertahankan, yang tidak dapat disembuhkan dan kematiannya tak terhindarkan.

Karena penyakit kronis seperti ini, sering dianggap sebagai kutukan ilahi, itu sebabnya rekan-rekan Ayub kemudian hari menyimpulkan bahwa ia dihukum karena kesalahan moral tertentu.

Intinya, bisul-bisul Ayub sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Penyakit yang tidak dapat didiagnosa jenisnya..

Saat Ayub menderita penyakit tersebut, dia tidak lagi tinggal di dalam rumah. Kemungkinan ditempat terbuka..

Di luar tembok kota dan duduk di tumpukan abu kota, yang terdiri dari abu dari tungku kota, pot-pot pecah, dan sampah lainnya; tempat itu adalah tempat tinggal para pengasingan.

Menaburkan debu di kepala, berguling dalam abu, dan duduk di tumpukan abu adalah cara kuno untuk mengekspresikan kesedihan yang paling dalam..

Di tumpukan abu itu, Ayub duduk sendirian, sepenuhnya terisolasi dari kehidupan masyarakat, sambil berduka atas nasib buruknya, ia berdiam dan merenung.

Dalam Kitab Ratapan, penyair, berbicara tentang “orang yang menderita”, berbicara tentang bagaimana Allah “menginjak-injak aku di debu” (Rat. 3:16 NIV).

Menaburkan debu di kepala adalah ritual dukacita yang terkenal (Yos. 7:6; 2 Sam. 1:2).

Karena Adam diciptakan dari debu tanah (Kej. 2:7), fakta bahwa Ayub duduk di debu mengingatkan pembaca akan kematiannya.

Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.

Sesekali ia mengambil pecahan tembikar dan menggaruk badanya untuk meredakan gatal yang tak henti-henti.

Dengan menggaruk, kemungkinan besar menyebabkan bisul-bisul tersebut pecah. Sehingga rasa sakit semakin tak tertahankan..

Dari kejauhan dia tampak seperti bukan lagi manusia. Sangat mengenaskan.

Penderitaan Ayub menyerang seluruh sendi hidupnya. Hartanya, keluarga, dan dirinya sendiri. ini bentuk penderitaan total.

Mungkin saat ini kita sedang menderita, walau tidak total seperti Ayub, namun penderitaan itu cukup membuat kita sedih.

Walau kita tidak duduk dalam debu, tapi kita bisa duduk diruangan yang sepi dirumah kita untuk merenung apa rencana Tuhan bagi kita.

Yakobus menasehatkan, “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira, baiklah ia menyanyi!”

Doa adalah sarana penting untuk mengatasi penderitaan dan mencari pertolongan Tuhan.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan