Apa Arti ‘Meniadakan Satu Hukum Allah, Menempati Tempat Rendah’ di Matius 5:19?
“Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” Matius 5:19.
Membaca ayat ini mungkin membingungkan. Ada dua hal yang membuat bingung. Pertama, orang yang menghancurkan hukum Allah masuk Sorga. Kedua, di Sorga ada kasta: tempat tinggi dan rendah.
Apakah memang seperti itu maksud Yesus? Apakah ini Bahasa kiasan atau literal? Bahwa orang yang menghancurkan hukum Allah dan yang melakukan perintah Allah sama-sama masuk Sorga. Bedanya hanya posisi tempatnya saja?
Kalimat ini mengacu kembali pada apa yang baru saja Yesus nyatakan tentang Hukum. Bahwa hukum Allah cerminan dari karakter-Nya yang kudus, benar dan baik (Roma 7:12) dan karena itu tidak berubah tetapi kekal.
Ayat 19 ini semacam kesimpulan Yesus untuk menegaskan apa yang Dia sampaikan di ayat 17-18, bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum.
Karena itu Yesus menekankan siapa saja yang meniadakan hukum bahkan yang paling kecil sekalipun dan mengajarkan kepada orang lain akan mendapat kedudukan paling rendah dalam kerajaan Surga.
Pada kalimat, “mendapat kedudukan paling rendah dalam kerajaan surga..” Kristus sama sekali tidak menyiratkan bahwa orang yang meniadakan perintah dan mengajar orang lain untuk melakukannya akan masuk surga.
Di sini Dia menyatakan sikap yang akan diambil terhadap para pelanggar hukum, yaitu karakter mereka akan di evaluasi.
Hal ini diperjelas dalam ay. 20, di mana “ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,” yang melanggar perintah dan mengajar orang lain, dengan tegas dikatakan, “tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Jadi, kalimat itu tidak bermakna pelanggar hukum masuk sorga. Posisi seseorang dalam kerajaan Sorga ditentukan oleh ketaatan dan kesetiaan selama di bumi ini.
Kontras dengan pelanggar hukum, sementara orang yang menuruti akan mendapat kebesaran di sorga.
Kebesaran dalam Kerajaan Surga tidak didasarkan pada karunia, posisi seseorang tetapi pada bagaimana seseorang menangani firman Tuhan.
Mungkin tidak semua kita memiliki karunia mengajar secara formal, tetapi setiap orang percaya mengajar orang lain dengan kehidupan dan tindakan mereka.
Kebesaran tidak ditentukan oleh karunia, kesuksesan, popularitas, reputasi, atau ukuran pelayanan, tetapi oleh pandangan orang percaya tentang Kitab Suci sebagaimana terungkap dalam kehidupan dan pengajaran-Nya.
Yesus menjanjikan berkat kepada mereka yang setia menuruti perintah-Nya. Janji itu berlaku bagi setiap orang percaya yang mengajar orang lain untuk menaati Firman Allah dengan setia.
Benar bahwa tidak semua orang percaya memiliki karunia mengajarkan doktrin yang mendalam dari Kitab Suci, tetapi setiap orang percaya dipanggil untuk mengajarkan sikap atau prilaku mereka yang benar terhadap orang lain.
Baca Juga:
Apa Arti Satu Iota atau Satu Titik di Matius 5:19?
Apa Arti Aku Datang Bukan Meniadakan, Tetapi Menggenapi di Matius 5:17-18?
Apa Arti Mengumpulkan Harta di Sorga di Matius 6:19-21?
Apa Perbedaan antara Ujian dan Pencobaan di Yakobus 1:13-15?
Karena itu, kita membaca Matius 5:17–20 sebagai satu perikop. Pertama-tama menjelaskan hubungan Yesus dengan hukum dan kitab para nabi.
Selanjutnya, berbicara tentang kelanggengan hukum dan konsekuensi serta kewajiban untuk mematuhi dan mengajarkannya untuk menunjukkan kebenaran yang lebih tinggi yang dituntut oleh kerajaan.
Bagian ini dapat dianalisa sebagai berikut:
Larangan: Jangan berpikir bahwa Yesus datang untuk meniadakan hukum (5:17a).
Klarifikasi antitesis: Yesus datang bukan untuk meniadakan tetapi untuk menggenapi (5:17b).
Penjelasan satu : Bahkan bagian terkecil dari hukum itu bersifat permanen (5:18).
Implikasi atau Maksud: Status kerohanian diukur oleh kesesuaian dengan hukum Tuhan (5:19).
Penjelasan Dua: Kebenaran itu lebih besar dari para pemimpin agama itu adalah syarat untuk memasuki kerajaan Sorga (5:20).
Karena itu, dalam Matius 5:19, Yesus menarik dua kesimpulan yang kontras dari ayat 18 yang menyatakan bahwa sangat penting bagi murid-murid kerajaan untuk mematuhi dan mengajarkan perintah Allah sepenuhnya.
Tidak ada yang boleh diabaikan atau diremehkan, bahkan dihapuskan. Hukuman dan ganjaran ditentukan oleh sikap seseorang terhadap hukum Allah.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 22:37-40.