Amerika: Persekusi Telah Datang – Tapi Jangan Patah Semangat
Daftar isi:
Dr. Rex Rogers
Gelombang pasang budaya yang berubah di Amerika saat ini membuat banyak orang Kristen merasa tidak nyaman.
Khawatir tentang apa yang mereka anggap sebagai terkikisnya dengan cepat kebebasan beragama dan penurunan tajam dalam nilai-nilai Kristen.
Pilar-pilar kekristenan konservatif sedang diguncang – dan itu membuat banyak orang percaya Amerika gelisah, membuat kami bertanya: “Apa yang akan terjadi selanjutnya?”
Ketika Amerika mengadopsi relativisme moral sebagai pandangan budaya dunianya, orang-orang Kristen mendapati diri mereka semakin terpinggirkan dan dalam minoritas
Seringkali harus bertahan terhadap bias anti-Kristen, termasuk tuduhan “kebencian” dan “kefanatikan”.
Tadinya orang kristen menempati pemimpin lembaga di Amerika, sekarang semakin ditolak mengisi jabatan tersebut.
Ini terbukti dalam lembaga-lembaga pembentuk opini terkemuka di Amerika – universitas, media, pemerintah, hiburan, dan bahkan di olahraga atletik.
Hukum, pendidikan, seni, hiburan – budaya dalam kehidupan sehari-hari yang pernah dipandu oleh konsensus Yahudi-Kristen –
sekarang menggelepar dalam relativisme moral yang pada dasarnya percaya pada tidak ada kebenaran, tidak ada tujuan benar dan salah, dan dengan demikian tidak ada artinya.
Ini adalah nihilism (aliran filsafat keberadaan manusia tidak memiliki satu tujuan) yang sedang tumbuh di Amerika saat ini.
Diskriminasi
Beberapa hari yang lalu, Mahkamah Agung AS menetapkan keputusan 5-4 bahwa tindakan pelarangan untuk klinik aborsi tidak konstitusional.
Sebuah pukulan telak bagi orang Kristen pro-kehidupan.
Beberapa minggu yang lalu, Walikota New York City Bill de Blasio menyerang lembaga bantuan Kristen Samaritan’s Purse.
Setelah organisasi tersebut mendirikan rumah sakit lapangan darurat di Central Park, berkoordinasi dengan Rumah Sakit Mount Sinai, untuk merawat pasien COVID-19.
De Blasio menyebutnya “sangat meresahkan,” mengutip sikap konservatif organisasi tentang masalah sosial.
Yale Law School mengadopsi kebijakan yang menolak pekerja yang memiliki nilai agama, keyakinan agama, identitas gender, atau ekspresi gender.
Mereka tidak merekrut siswa untuk mendapat manfaat beasiswa dari Yale.
Akibatnya terjadi diskriminasi terhadap organisasi dengan identitas dan tujuan keagamaan.
Mungkinkah orang Kristen Amerika – seperti saudara dan saudari mereka di bagian lain dunia?
Berada di barisan berikutnya untuk gelombang pelecehan, dan bahkan penganiayaan?
Kristen timur tengah
Di Timur Tengah dan Afrika Utara, orang Kristen tahu apa artinya menjadi minoritas.
Mereka selalu berada di tepi masyarakat, dipandang dengan kecurigaan sepenuhnya.
Sering direndahkan dan bahkan dibenci, mereka adalah target yang terus menerus untuk pelecehan dan kekerasan.
Sebagai minoritas agama di Timur Tengah – ironisnya, tempat lahirnya pengikut Kristen.
Pengikut Yesus telah bergulat selama ratusan tahun bagaimana caranya merespons dalam lingkungan yang dipenuhi permusuhan.
Sementara tidak ada di antara kita yang keluar mencari masalah, kita bisa yakin bahwa ketika Amerika bergerak menuju pandangan hidup kafir yang lemah secara moral, masalah akan datang kepada kita.
Ketika budaya kita – seperti orang-orang Farisi yang memiliki agenda sendiri.
Melihat dan mengertakkan giginya pada orang-orang yang terhubung dengan Kristus, bagaimana kita menanggapi?
Selama berabad-abad, penganiayaan telah mengajarkan gereja dalam situasi yang tertindas untuk tidak “membalas cacian dengan cacian,”
Tetapi sebaliknya untuk membalas permusuhan – sekalipun dibenci – dengan kasih.
Sebagai penyiar televisi satelit Kristen yang berbasis di Timur Tengah, ini adalah sesuatu yang kita di SAT-7 lihat setiap hari sebagai orang Kristen lokal mencerminkan kasih Yesus.
Ketika orang-orang Kristen menunjukkan kasih dan rasa hormat terhadap mereka yang memperlakukan kita dengan penuh kehinaan.
Kita melucuti kebencian, prasangka, dan amarah mereka. Kita menunjukkan kepada mereka gambar Kristus, Anak Domba Allah.
Pelecehan yang dapat menyebabkan penganiayaan – meskipun jelas tidak menyenangkan – sebenarnya merupakan berkah bagi mereka yang mengikuti Yesus.
Seperti yang Kristus katakan kepada kita:
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.””(Matius 5: 11-12).
Baca juga: Diculik dan dipaksa melepas keyakinanya
China bongkar salib satu provinsi
‘MELIHAT PERSEKUSI SECARA POSITIF’
SAT-7 memiliki hak istimewa untuk memiliki “pintu terbuka” 24/7 ke ruang tamu lebih dari 30 juta pemirsa di Timur Tengah dan Afrika Utara
Kami bertekad untuk menggunakan ini sebagai saluran yang positif dan kebaikan, menempatkan kasih melalui tindakan.
SAT-7 bukan politik dan partisan – sebaliknya menunjukkan kepada pemirsa apa artinya menjadi pengikut Tuhan yang sejati.
Pendengar kita perlu melihat bahwa cinta Tuhan meluas ke semua orang, dan bahwa ia menginginkan setiap orang untuk memiliki kebebasan berpikir, beragama, berekspresi, dan peluang ekonomi.
Meskipun sebagai pengikut Kristus kadang-kadang nampak orang-orang hanya meludahi kita, banyak yang diam-diam ingin melihat cinta sejati menjadi nyata.
Selama pandemi COVID-19, kami telah melihat lonjakan besar dalam jumlah keterlibatan dengan media sosial SAT-7 di tempat-tempat seperti Iran dan Turki.
Jangan berkecil hati! Tidak masalah siapa Anda, atau di mana Anda tinggal, kasih Kristus yang tak terbatas akan mengubah dunia.
Racun orang lain akan menjadi kemenangan kita. Penganiayaan hanya akan membuat cahaya bersinar lebih terang – dan tidak ada yang akan bisa bersembunyi dari pancaran sinar keindahan Yesus di dalam kita.
Pandangan yang diungkapkan dalam komentari ini tidak selalu mewakili pandangan orang Kristen.
Rex Rogers adalah presiden SAT-7 AS, menjadikan kasih Tuhan dapat dilihat oleh lebih dari 30 juta pemirsa di Timur Tengah dan Afrika Utara melalui televisi satelit Kristen dan layanan online dalam empat bahasa regional.
Sumber: Christianheadlines.com)