Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Alasan Yesus Menentang Tradisi Basuh Tangan di Matius 15:1-6

Alasan Yesus Menentang Tradisi Basuh Tangan di Matius 15:1-6

Tradisi Basuh Tangan

Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata:

“Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.”

Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” Matius 15:1-3

Pertanyaan dibalas pertanyaan. Salah satu metode dalam argumentasi atau debat yang secara langsung akan mengembalikan pertanyaan itu kepada si penanya.

Metode ini sering digunakan oleh Yesus, terutama kepada mereka yang sering menuduh dan menghakimi perbuatan orang lain.

Adu argumentasi Yesus lebih banyak dengan orang farisi dan ahli taurat. Saya kira kita sudah tahu siapa itu ahli taurat dan orang farisi. Sudah dibahas dipelajaran sebelumnya.

Kali ini yang menarik adalah beberapa orang farisi dan ahli taurat, kompak mendatangi Yesus hanya untuk menanyakan satu pertanyaan.

Mereka datang dari Yerusalem ke Galilea. Ini berarti bahwa berita tentang Yesus telah sampai kepusat Yudaisme di Yerusalem.

Yerusalem adalah markas konspirasi melawan Yesus, dimana orang-orang Farisi sebagai pemimpin di dalamnya.

Mereka juga bersekutu dengan musuh mereka orang Herodian, untuk membunuh Yesus (Markus 3:6).

Karena itu mereka diutus dari markas besar untuk menjumpai Yesus. Jarak yang harus mereka tempuh sekitar 100 mil atau 160 km.

Mengadakan perjalanan sejauh itu pada masa itu tidak mudah. Jalannya sulit. Tetapi mereka bertekad menjumpai Yesus.

Kedatangan mereka bukan dengan kasih sayang. Datang bukan untuk mendengar ajaran Yesus. mereka datang dengan permusuhan.

Mereka tidak datang dengan kerendahan hati tetapi dengan hati yang keras. Mereka datang untuk menghentikan pekerjaan Yesus.

Mereka datang jauh-jauh untuk memata-matai Yesus dan mencari kesalahan untuk menjatuhkan Yesus di mata orang-orang.

Mereka tidak dapat melihat Yesus sebagai Mesias, atau minimal sebagai penolong masyarakat dari berbagai kesulitan.

Hal itu karena akal sehat mereka sudah rusak. Sehingga mata rohani mereka gelap ditutupi kebencian.

Ingat, Ketika akal sehat kita rusak, kita akan menempuh jalan, sekali pun itu sulit untuk menciderai orang lain.

Ketika mereka tiba dan bertemu Yesus, mereka siapkan pertanyaan, yang mana pertanyaan itu didapatkan dari mata-mata mereka.

Mereka telah mengamati perilaku Yesus dan mencari celah untuk menjebak atau menjatuhkan Dia. Salah satu celah yang mereka temukan adalah persoalan tradisi basuh tangan sebelum makan.

Kemungkinan murid-murid makan dengan tidak membasuh tangan. Dalam tradisi itu pelanggaran.

“Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.”

Kita tahu orang farisi dan ahli taurat sangat fokus dengan kebersihan lahiriah. Karena itu apapun akan mereka buat menjadi aturan untuk kebersihan lahiriah.

Sehingga perhatian mereka sangat sedikit tentang kebersihan hati dari dalam. Yesus dalam pengajarannya sangat menekankan tentang kebersihan hati atau kesucian hati.

Perhatikan, mereka tidak bertanya mengapa mereka tidak mematuhi Hukum Tuhan, karena tidak ada “aturan” seperti itu dalam Hukum Tuhan.

Tetapi para pemimpin yang akalnya telah rusak ini, dengan bodohnya mengangkat tradisi manusia menjadi sama besarnya dengan Hukum Allah.

Adat istiadat yang mereka kemukakan adalah tradisi lisan yang disebut Mishnah yang menafsirkan Hukum Musa dan membantu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mishnah disusun lengkap oleh Rabbi Judah pada tahun 200 M dan kemudian menjadi bagian dari Talmud.

Talmud Dipercayai oleh para rabi sama otoritasnya dengan Taurat. Karena diyakini telah diberikan secara lisan kepada Musa oleh Allah.

Pada akhir abad ke-2 dikatakan, “Tradisi adalah pagar di sekitar Hukum!” artinya seperti pagar yang mencegah orang masuk kedalam Hukum.

Jadi, orang-orang Yahudi terhalang untuk memahami dan menuruti Hukum Allah karena dipagari oleh orang farisi dan ahli taurat.

Ritual cuci tangan ini berasal dari perintah para imam untuk mencuci tangan (Kel 30:19; Kel 40:12).

Itu adalah pengingat untuk datang kepada Tuhan dalam keadaan bersih (yaitu dengan hati yang bersih).

Semua orang Yahudi yang saleh mulai melakukan ini sekitar 200 tahun sebelum Masehi. Maka, pada zaman Yesus, hal itu tertanam kuat sebagai syarat bagi mereka yang ingin bersih.

Pada zaman Yesus mencuci sebelum makan telah menjadi bagian utama dari kehidupan keagamaan orang Yahudi.

Seorang rabi dikucilkan karena tidak mencuci dengan benar! Tidak hanya mencuci sebelum makan yang diperintahkan, tetapi mencuci setelah makan. Begitu ketatnya tradisi ini.

Tetapi mereka telah kehilangan pandangan awal tentang hati yang bersih. Mereka fokus hanya kepada kebersihan lahiriah.

Itu sebabnya mereka katakan murid Yesus melanggar adat nenek moyang karena tidak membasuh tangan.

Tentu baik mencuci tangan sebelum makan untuk kebersihan, supaya tidak tercemar kuman atau bakteri. Tetapi itu lebih kepada alasan Kesehatan. Bukan prinsip hukum moral.

Di Markus 7:3-4 dijelaskan alasan keharusan membasuh tangan. Itu adalah tradisi.

Orang-orang Farisi percaya bahwa tradisi para penatua itu mengikat. Dan itu terkait dengan agama mereka.

Tradisi ini bukan sekadar etiket atau kebersihan. Para rabi menganggapnya sebagai dosa berat. Artinya bagi mereka terkait dengan keselamatan.

Yesus sebagai guru tidak mengajari murid-murid-Nya untuk memelihara tradisi itu. Karena itu murid-muridnya tidak membasuh tangan sebagai ketaatan pada tradisi.

Yesus tidak mengabaikan kebersihan lahiriah. Dia juga pasti menjaga kebersihan secara fisik. Tetapi karena itu tradisi yang tidak sesuai dengan nafas hukum, Yesus mengabaikan itu.

Itu lah yang menjadi celah masuk orang farisi dan ahli taurat untuk menjebak Yesus.

Tidak selamanya tradisi buruk. Ada tradisi yang baik. Untuk menerima dan menjalankan sebuah tradisi, harus sejalan dengan Firman Allah.

Tidak salah memiliki tradisi. Tradisi bisa menjadi hal yang baik. Tetapi ketika tradisi kita mulai bertentangan dengan apa yang Tuhan katakan dengan jelas dalam Firman-Nya, kita sedang menghadapi masalah.

Karena itu, apakah itu tradisi keluarga, masyarakat, gereja dll, tidak boleh lebih tinggi dari Firman Allah. Jika ada tradis menghalangi kita menurut Firman Allah, maka itu wajib diabaikan.

Diatas semuanya, kebersihan hati adalah yang utama dan pertama. Supaya akal sehat kita berfungsi dan melihat segala sesuatu dengan baik.

“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Amsal 4:23

Tradisi Menelantarkan Orang Tua

Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?

Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.

Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah,

orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.” Matius 15:3-6.

Sangat cerdas jawaban Yesus kepada mereka. “Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?”

Murid-Murid dituduh melanggar tradisi, Yesus pun membalikkan tuduhan itu kepada mereka sebagai pelanggar hukum Allah.

Bahkan Yesus menekankan pelanggaran mereka terhadap hukum Allah demi meninggikan tradisi. Dengan kata lain, Yesus membuka kedok mereka, kalau mereka jauh lebih bersalah.

Jadi dalam hal ini ada dua kebenaran yang saling beradu: Kebenaran manusia (Tradisi) dan Kebenaran Tuhan (Firman Allah).

Pelanggaran para ahli taurat dan orang farisi dalam bentuk waktu sekarang. Artinya mereka melanggar terus menerus Hukum Allah demi meninggikan ajaran manusia.

Kita bisa bayangkan betapa mereka marah sekali, ketika Yesus mengajukan pertanyaan langsung ini, meskipun dalam bentuk pertanyaan, jelas merupakan tuduhan terhadap ke fanatikan mereka.

Perhatikan perkataan Yesus, “demi adat istiadat nenek moyang MU?..” Itu bukan tradisi Tuhan. Itu tradisi mereka sendiri. Tradisi itu bukan dari Musa.

Tradisi mereka ini sangat menggelikan. Sangat membebani. Peraturan buatan manusia ini jauh lebih runit, lebih rinci dari aturan Tuhan.

Yesus tidak menyangkal bahwa para murid telah melanggar tradisi orang Farisi. Dan Yesus membenarkan para murid karena mengabaikannya.

Bukan saja tradisi itu tidak berharga, tetapi tradisi itu melanggar hukum Allah.

Yesus dengan keras menegur orang-orang Farisi karena mengabaikan ajaran dan perintah Allah, yang jelas tertulis di Kitab Suci demi mendukung interpretasi dan tradisi mereka sendiri.

Itu sebabnya Yesus membawa pikiran mereka kepada hukum Allah dan mengutip salah satu bagian hukum Allah, perintah kelima:

Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.

Pada hukum ini ada janji berkat umur Panjang. Tetapi ada juga kutukan bila tidak menghormati orang tua.

Tetapi para pemimpin agama memilih tradisi manusia! Dari pada hukum Allah. Maka tidak ada rasa takut akan Tuhan di depan mata mereka!

Mereka membuat aturan yang dapat membebaskan seseorang dari tanggung jawab memelihara orang tua, tanpa melanggar hukum kelima.

Yesus menerangkan tradisi mereka, yang membuat seseorang bebas dari hukum kelima adalah jika uang yang harusnya untuk merawat orang tua, tetapi uang itu diberikan menjadi persembahan..

Maka, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Padahal hukum kelima mengatakan untuk menghormati orang tua,

“Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah,”

Orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Ini sangat rancu dan kacau.

Kalimat apa yang ada padaku, dalam bahasa Yunani adalah Corban artinya pemberian Tuhan. Jadi apapun yang kita miliki dari Tuhan adalah Corban.

Kata itu menggambarkan sesuatu untuk dipersembahkan kepada Tuhan atau diberikan ke perbendaharaan suci di Bait Suci.

Jika sesuatu adalah “Corban”, itu didedikasikan dan dipisahkan untuk digunakan Tuhan.

Kalimat mereka terdengar rohani dan saleh. Tetapi sebenarnya itu tindakan yang kejam, karena mengabaikan orang tua.

Baca Juga:

4 Pelajaran Rohani dari Yesus Meredakan Badai di Matius 14:25-33

Pelajaran Iman dari Mujizat 5 Roti dan 2 Ikan

Tatapi itu dianggap sebagai kebajikan, karena dirasa mengutamakan Tuhan dari pada manusia (Orang tua).

Apa yang ada padaku untuk merawatmu, sudah saya berikan menjadi persembahan. Ya, memang sekilas nampak rohani. Tetapi ini menunjukkan bahwa mereka tidak dapat mengatur uang mereka.

Atau bisa jadi mereka pelit atau tamak akan uang. Karena mereka rasa bahwa mereka harus memberikan kepada orang tua dan kepada Tuhan. Itu terlalu banyak.

Karena itu mereka memilih uang yang harusnya untuk Tuhan mereka tahan. Sementara uang yang untuk orang tua, mereka alihkan untuk Tuhan. Dan itu sah menurut mereka.

Dengan demikian mereka mengabaikan orang tua mereka, dengan dalih untuk Tuhan. Dengan demikian, dia menentang perintah Tuhan menghormati orang tua.

Saat yang sama dia juga melanggar hukum ke 9 “Jangan berdusta” dan hukum ke 10 “Jangan mengingini.”

Pertama dia membohongi orang tuannya, dia mencatut nama Tuhan untuk kepentingan sendiri. Kedua, dia tidak mengembalikan milik Tuhan.

Jadi, mereka tidak mengasihi Tuhan dan sesama. Mengasihi Tuhan adalah dengan memperlakukan sesama dengan kasih.

Yesus membuat kesimpulan tradisi mereka yaitu, “Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.”

Kata “tidak berlaku” dalam bahasa Yunani adalah akuroō. Itu adalah kata kerja. Salah satu artinya kata itu adalah merampas kekuasaan.

Jadi, tradisi dan kefanatikan mereka telah meniadakan atau merampas kekuatan Firman Allah atau hukum Allah. Alasanya agar mereka dapat berpegang pada tradisi buatan manusia.

Ini merupakan puncak kesombongan mereka, yang memandang rendah sesama orang Yahudi, bahkan orang tua sendiri.

Poinnya, Pertama, jangan melanggar perintah Tuhan demi tradisi (keluarga, budaya, gereja). Tradisi yang tidak sesuai dengan Alkitab harus ditinggalkan.

Kedua, rawatlah orang tua atau keluarga dengan budget tersendiri. Jangan ambil bagian mereka dengan dalih untuk Tuhan.

Ketiga, berikan kepada Tuhan apa yang menjadi milik Tuhan. Jangan alihkan kepada yang bukan tujuannya dengan dalih untuk orang miskin.

Bila kita sudah terlanjur punya tradisi sendiri sehubungan dengan poin diatas, mari kita kembali kepada Firman Tuhan.

Ingat apa kata Yesus, “..Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Matius 23:23b

Alasan Yesus menentang tradisi basuh tangan, karena tradisi itu telah melebihi Firman Allah.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan