Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan Alasan Orang Kristen Tidak Boleh Bersumpah

Alasan Orang Kristen Tidak Boleh Bersumpah

Ya atau Tidak, itu saja

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Matius 5:37.

Sekali dua kali mungkin kita pernah bersumpah demi meyakinkan orang bahwa kita tidak melakukan seperti apa yang mereka tuduhkan.

Dikampung saya dulu ada satu tradisi menaruh alkitab diatas kepada sebagai sumpah demi nama Tuhan bahwa orang yang dituduh itu tidak melakukan hal yang jahat.

Tetapi seringkali sumpah yang dibuat tidak sesuai kenyataan. Membuat sumpah hanya untuk menjaga reputasi agar aman dari prasangka orang-orang lain.

Yesus mempunyai nasehat bahkan perintah untuk kita mengenai sumpah, “Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. (Matius 5:36).

Apakah itu sumpah?

Sumpah dari kata Omnua (yun) artinya Berarti meneguhkan kebenaran suatu pernyataan dengan menyeru kepada makhluk ilahi untuk menjatuhkan sanksi terhadap seseorang jika pernyataan yang bersangkutan tidak benar.

Omnuo digunakan untuk “menegaskan atau menyangkal dengan sumpah,” Misalnya di Matius 26:74; Mark 6:23; Luke 1:73; Ibrani 3:11,18; 4:3; 7:21;

Dalam Mishnah (Kumpulan hukum lisan dan tradisi Yahudi) ada satu bagian yang disebut Shebuoth (“sumpah”) yang merupakan diskusi yang rumit tentang kapan sumpah mengikat dan kapan tidak.

Sumpah Pada Zaman Yesus

Pada zaman Yesus pengambilan sumpah telah berubah menjadi sistem yang menunjukkan kapan seseorang bisa berbohong dan kapan tidak.

Yesus menegaskan bahwa apa pun sumpah yang dibuat seseorang terkait dengan Tuhan dalam beberapa cara, karena itu setiap sumpah atas nama Tuhan harus dipatuhi.

Selain itu Yesus juga menyalahkan sumpah demi kepala sendiri. Kebenaran apa yang ditambahkan pada sumpah seperti itu?

Apa yang mereka maksudkan dengan ungkapan “Demi kepalaku?” apakah itu maksudnya, “Kiranya saya kehilangan kepala saya (yaitu, hidup saya) jika apa yang saya katakan tidak benar, atau jika saya gagal memenuhi janji saya.”

Disini Yesus sedang memancing logika atau akal sehat kita. Bagaimana kita bisa mengendalikan hidup kita?

Bahkan kita tidak bisa mengubah warna rambut kita. Bahkan rambut kepala kita semuanya berada di bawah kekuasaan dan kepemilikan Tuhan.

Dia Sendiri yang menentukan apakah pada saat tertentu sehelai rambut berwarna hitam atau putih.

Oleh karena itu, bersumpah demi kepala atau bersumpah demi Tuhan dan sama mengikatnya dengan sumpah menggunakan nama Tuhan tertentu.

Alasan untuk tidak bersumpah

Ketika Yesus mengatakan hal ini, dia sedang menentang orang-orang Farisi, yang telah mengajari orang-orang bahwa bersumpah bukanlah apa-apa, jika mereka tidak bersumpah; atau setidaknya bersumpah “demi langit, demi bumi, demi Yerusalem, demi kepala mereka”, atau dalam bentuk serupa, bukanlah dosa, jika mereka tidak menyebut nama Tuhan; bahwa mereka hanya diwajibkan untuk bersumpah demi nama Tuhan di pengadilan umum, tetapi itu tidak mengikat mereka dilain waktu.

Yesus mengatakan hal yang berlawanan dari konsep mereka tentang sumpah. Konsep orang Yahudi mengenai sumpah, “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” Matius 5:33.

Konsep yang dibawa oleh Yesus, “Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar.” Matius 5:34-35.

Kerusakan yang dibawa oleh orang Farisi ditentang oleh Yesus dengan mengatakan, “Jangan bersumpah demi apapun.”

Perintah Yesus ini dikutip oleh Yakobus, “Janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain.

Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.” Yakobus 5:12.

Katakan Ya dan Tidak

Disini jelas, jika ada perselisihan tidak perlu bersumpah demi meyakinkan orang. Cukup katakan kebenaran Ya atau Tidak.

Hukum tidak hanya melarang sumpah palsu, tetapi sumpah yang umum dan biasa, sumpah yang tidak perlu, yang berbicara tentang keinginan besar untuk menghormati nama Tuhan di hati.

Jadi ada hal besar yang dilarang Tuhan, seperti sumpah serapah yang umum dan biasa, di mana Tuhan tidak memanggil kita untuk itu dan untuk menjadi penentuan dalam perselisihan.

Jadi Tuhan melarang bukan hanya sumpah palsu, tetapi juga sumpah serapah yang biasa, yang tidak perlu, dilarang oleh Tuhan.

Sumpah orang Yahudi

Yesus mengingatkan orang Yahudi mengenai guru-guru mereka yang selalu menekankan kewajiban utama untuk mengatakan kebenaran yang sebenarnya. Guru-guru Yahudi mengatakan..

“Dunia berdiri teguh di atas tiga hal, di atas keadilan, di atas kebenaran, dan di atas perdamaian.”

“Empat orang dikucilkan dari hadirat Allah – pencemooh, munafik, pembohong, dan penjual fitnah.”

“Orang yang membuat janjinya dan mengubahnya sama buruknya dengan orang musyrik.”

Guru-guru Yahudi bersikeras pada kebenaran, jika kebenaran telah dijamin oleh sumpah.

Tetapi pada zaman Yesus ada dua hal yang tidak memuaskan tentang pengambilan sumpah.

Yang pertama adalah apa yang bisa disebut sumpah sembrono, mengambil sumpah padahal sumpah itu tidak diperlukan.

Sudah menjadi kebiasaan yang terlalu umum saat itu untuk membuat pernyataan dengan mengatakan, “Demi hidupmu,” atau, “Demi kepalaku,” atau, “Kiranya aku tidak akan melihat kedamaian Israel jika…”

Para rabi menetapkannya untuk menggunakan segala bentuk sumpah termasuk kepada pernyataan sederhana seperti:

“Sumpah Itu adalah pohon zaitun,” sumpah itu adalah berdosa dan salah. “Ya kebenaran adalah ya,” kata mereka, “dan tidak mereka tidak.” Dll.

Jadi sumpah itu menjadi hal yang biasa termasuk untuk perkataan-perkataan sederhana.

Kemudian terlalu sering orang menggunakan bahasa yang paling suci dengan cara yang paling tidak berarti.

Mereka mengambil nama-nama suci di bibir mereka dengan cara yang paling ceroboh dan tidak sopan. Nama-nama suci harus disimpan untuk hal-hal suci.

Pembagian sumpah menurut orang Yahudi

Kebiasaan orang Yahudi lainya adalah bersumpah serapah. Orang-orang Yahudi membagi sumpah menjadi dua kelas.

Pertama adalah sumpah yang mengikat secara mutlak. Kedua sumpah yang tidak mengikat.

Sumpah yang mengikat adalah apapun yang mengandung nama Tuhan bersifat mengikat. Setiap sumpah yang tidak menggunakan dari nama Tuhan dianggap tidak mengikat.

Hasilnya adalah jika seseorang bersumpah dengan nama Tuhan dalam bentuk apa pun, dia akan memegang sumpah itu dengan teguh.

Tetapi jika dia bersumpah demi surga, atau demi bumi, atau demi Yerusalem, atau demi kepalanya, dia bebas untuk melanggar sumpah itu.

Hasilnya adalah menghindari sumpah menjadi sebuah seni.

Ide di balik sumpah seperti ini adalah, jika nama Tuhan digunakan, Tuhan menjadi mitra dalam transaksi.

Sedangkan jika nama Tuhan tidak digunakan, Tuhan tidak ada hubungannya dengan transaksi.

Prinsip Yesus mengenai sumpah

Karena itu Yesus memberikan Prinsip yang jelas. Yesus mengatakan bahwa, sejauh itu menjadikan Tuhan sebagai mitra dalam transaksi apa pun, tidak ada manusia yang dapat menjauhkan Tuhan dari transaksi apa pun. Tuhan ada disana.

Surga adalah takhta Allah. Bumi adalah tumpuan kaki Tuhan. Yerusalem adalah kota Allah. Kepala seorang manusia bukan miliknya.

Manusia tidak bisa membuat rambutnya menjadi putih atau hitam. Hidupnya adalah milik Tuhan. Semua yang ada didunia ini adalah milik Tuhan.

Karena itu, apakah Tuhan disebutkan dalam berkata-kata atau tidak, tidak menjadi masalah. Tuhan selalu ada disana.

Semua perkataan akan diperhitungkan

Kebenaran yang dapat kita temukan disini adalah bahwa kita tidak dapat membagi-bagi hidup ini kedalam bagian-bagian tertentu dan mengatakan disana Allah terlibat, disana Allah tidak terlibat.

Faktanya adalah bahwa Tuhan tidak perlu diundang ke bagian tertentu hidup kita, dan Dia dijauhkan dari bagian lain hidup kita.

Dia ada di mana-mana, sepanjang hidup dan setiap aktivitas kehidupan kita. Karena dia Maha Hadir (omni Present).

Dia tidak hanya mendengar kata-kata yang diucapkan atas Namanya. Dia mendengar semua perkataan yang diucapkan. Dan itu adalah transaksi dengan Tuhan, entah itu baik atau jahat.

Yesus mengatakan dalam Matius 12:36, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.”

Jadi apapun yang kita ucapkan itu transaksi dengan Tuhan dan akan diperhitungkan.

Karena itu kita akan membuat perkataan atau janji suci, jika kita sadari bahwa semuanya itu dibuat dihadapan Allah.

Persoalan orang Yahudi saat itu, karena sumpah tidak dibuat dengan nama Tuhan maka dianggap tidak mengikat dan biasa saja.

Maka orang sembarangan membuat sumpah baik dengan nama Tuhan atau tidak sama sekali demi menegaskan kebenaran mereka terlepas benar atau tidaknya perbuatan mereka.

Tunjukkan karakter

Matius 5:33-37, diakhiri dengan perintah bahwa ketika seseorang harus mengatakan ya, dia harus mengatakan ya, dan tidak lebih; dan ketika dia harus mengatakan tidak, dia harus mengatakan tidak, dan tidak lebih.

Maka sebenarnnya yang ideal adalah bahwa seseorang seharusnya tidak perlu bersumpah untuk menopang atau menjamin kebenaran dari apa pun yang dia katakan.

Jaminan dan kesaksiannya harus terletak pada dirinya sendiri. Pada karakternya sendiri.

socrates, guru besar dan orator Yunani, berkata, “Seseorang harus menjalani kehidupan yang akan mendapatkan lebih banyak kepercayaan dalam dirinya daripada yang bisa dilakukan oleh sumpah.”

Clement dari Alexandria berkata bahwa orang Kristen harus menjalani kehidupan seperti itu dan menunjukkan karakter sedemikian rupa sehingga tidak seorang pun akan bermimpi meminta sumpah dari mereka.

Masyarakat yang ideal adalah masyarakat di mana tidak ada perkataan manusia yang membutuhkan sumpah untuk menjamin kebenarannya, dan tidak ada janji manusia yang membutuhkan sumpah untuk menjamin pemenuhannya.

Ada dua kelompok orang yang sepenuhnya menolak semua sumpah. Misalnya orang-orang Eseni, sekte kuno Yahudi dan kaum Quaker.

Josephus menulis tentang Eseni: “Mereka terkenal karena kesetiaan dan pelayanan perdamaian mereka.

Apa pun yang mereka katakan bahkan lebih tegas daripada sumpah. Mereka menghindari sumpah. Mereka mengatakan, seseorang yang harus bersumpah demi menegakkan kebenarannya sendiri adalah orang yang tidak dapat dipercaya.

Orang kristen tidak perlu bersumpah

Sehubungan dengan ini Yesus mau mengatakan bahwa orang yang benar-benar baik tidak akan perlu mengambil sumpah.

Kebenaran perkataannya dan kenyataan janjinya tidak memerlukan Sumpah untuk menjamin kata-katanya benar.

Karena itu Yesus menegaskan bahwa kita harus menjadikan diri kita sedemikian rupa sehingga orang-orang akan melihat kebaikan kita yang transparan sehingga mereka tidak akan pernah meminta sumpah dari kita.

Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Matius 5:37.

Karena itu, biarkan karakter, reputasi, kejujuran, kata-kata anda terlihat jelas benar dan tidak tercemar dan tidak bermuka dua, sehingga tidak ada orang yang akan berpikir perlu untuk menempatkan anda di bawah sumpah karena dia mencurigai anda menipu.

Kata Ya dan Tidak, itu kata yang jelas. Itu tidak bermakna ganda. Itu tunggal. Itu putih dan hitam. Tidak abu-abu.

Lebih dari pada Ya dan Tidak, itu datang dari si jahat. Katakan ya atau tidak, jangan mencla-mencle.

“Kejujuran penuh harus menjadi ciri khas warga kerajaan Surga, sehingga tidak ada sumpah yang diperlukan untuk menjamin kepercayaan untuk “ya” atau “tidak.”

Hukum tentang sumpah didasarkan pada Perintah ketiga. Kesaksian palsu mengakibatkan konsekuensi yang berat, karena itu terdiri dari menyebut nama Tuhan dengan sembarangan (Kel. 20:7; Im. 19:11, 12; Bil. 30:2; Ul. 19:16-20)

Para rabi mengajarkan bahwa sumpah yang tidak menggunakan nama Tuhan dapat dilanggar dan tidak mengikat.

Yesus menyatakan bahwa Tuhan terlibat di surga, bumi, Yerusalem, dan segala sesuatu. Oleh karena itu, semua sumpah mengikat, dan setiap upaya untuk menghindari sumpah sambil berpura-pura untuk menjaganya mencemarkan nama ilahi.

Ketika seseorang berkata kepada saya, “Saya bersumpah di atas setumpuk Alkitab yang tingginya satu meter,” itu adalah orang yang tidak saya percayai karena saya pikir kebohongan yang dia katakan tingginya satu meter.

Pikirkan..

Apa yang akan dikatakan orang lain tentang kata-kata anda?

Apakah anda orang yang menepati janji anda? Apakah itu “sebagus emas”?

Jika anda mengatakan anda akan melakukan sesuatu, apakah anda menindaklanjutinya?

Apakah kata-katamu sempurna seperti firman Bapa surgawi adalah sempurna?

Apakah anda melebih-lebihkan atau memperindah kata-kata anda?

Apakah anda memberi tahu seseorang “Saya akan berdoa untuk anda” dan kemudian anda gagal untuk menindaklanjutinya?

Kemudian mereka mengatakan, terima kasih banyak telah berdoa!” Dan ketika anda tahu bahwa anda tidak benar-benar berdoa untuk mereka! Dosa menghasilkan lebih banyak dosa.

Sebagai Warga Kerajaan Surga, yang suatu hari nanti akan mempertanggungjawabkan setiap kata yang kita ucapkan, kita harus memilih untuk menjadi pria dan wanita yang berintegritas.

Jadi, apakah boleh bersumpah? Jawaban Yesus adalah tidak. Jangan bersumpah demi apapun. Tunjukkan kebenaranmu dari karaktermu. Dengan tegas katakan YA dan katakan TIDAK. (Matius 5:33-37).

Orang yang percaya Firman Tuhan harus menjadi orang yang bisa dipercaya.

Live each day as it was your last

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan