Pastordepan Media Ministry

Abraham Damai

INISIATIF itu datang dari Abram. Sebagai orang yang lebih dewasa dan waras, dia aktif mengambil jalan perdamaian dengan Lot.

Banyak orang dalam perselisihan menjadi tidak waras. Sifatnya kekanak-kanakan. Tubuh boleh dewasa, namun tidak pikirannya.

Atau mungkin kurang tepat kalau dibilang kekanak-kanakan? Sebab anak-anak kalau berselisih, dalam waktu yang singkat. Hitungan menit, mereka sudah berdamai dan bermain kembali.

Beda dengan orang dewasa, kalau berselisih, bisa tidak berbicara, tidak bisa lagi bermain bersama dalam waktu yang lama. Sulit berdamainya.

Berarti bukan kekanak-kanakan dong! Lalu apa? Ya, mungkin tidak waras, atau sifat yang tidak sehat. Alias sakit.

Pernah dengar kata-kata yang mengatakan, “Sing waras ngalah..”? Artinya ‘Yang sehat mengalah..’

Mengalah bukan karena kalah. Mundur bukan karena tidak mampu. Itu sebabnya dalam sebuah pepatah dikatakan, “Mengalah untuk menang..”

Ketika ada perselisihan salah satu pihak atas dorongan sendiri atau orang lain, menarik diri dari penyebab perselisihan dan mencari jalan damai.

Jadi menang di sini berarti menjadikan suasana kondusif akibat perselisihan. Sebab perselisihan dapat menyebabkan dua pihak terbakar, bila kedua pihak terus ngotot.

Maka demi kebaikan bersama yang waras pikirannya mengalah. Menarik diri. Mundur satu langkah. Agar tidak hancur-hancuran karena ego dan emosi sesaat.

Dan hal tersebut merupakan kecerdasan emosi dan spiritual.

Kita kembali ke perselisihan Abram dan Lot. Abram bisa saja dia ngotot dan terus mendesak. Bisa saja dia memprovokasi anak buahnya untuk melawan anak buah Lot.

Sebagai orang yang lebih kaya dari Lot, bisa saja dia menggunakan kekuatan uang untuk mengalahkan Lot.

Dia bisa membayar orang-orang Kanaan dan Feris untuk memerangi dan mengusir Lot dari Betel. Dan merampas semua harta Lot.

Namun Abram tidak menggunakan kekuatan fisik. Dia dengan sabar menahan diri dari amarah. Dan menggunakan pendekatan keluarga dan rohani.

Dengan rendah hati, dia datang kepada Lot. Dia tidak merasa karena lebih tua, Lot yang harus datang menghadapnya. Tetapi dia datang sendiri menghadap Lot yang lebih muda.

Sebab Abram tidak berpikir hanya kepentingannya sesaat, namun jangka panjang. sementara Lot, hanya memikirkan kepentingan saat ini.

Maka berkatalah Abram kepada Lot: “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat.

Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.”

Jadi Abram menawarkan jalan keluar dari perselisihan mereka yaitu supaya mereka tidak tinggal bersama lagi di satu tempat.

Kata yang digunakan Abram, ‘pisahkan dirimu dari padaku’ itu berarti mereka selama ini tinggal bersama.

Usulan Abram untuk berpisah, bukan putus hubungan keluarga, namun untuk kemandirian. Supaya Lot idak lagi tinggal satu tempat, namun dia punya tempat sendiri dan rumah sendiri.

Abram memberikan kesempatan lebih dulu kepada Lot untuk memilih. Dia katakan, “..jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri..”

Ketika Abram menawarkan kepada Lot apa yang ada di sebelah kirinya, ia merujuk ke Kanaan utara, daerah di sekitar Sikhem (lih. 12:6; 33:18-34:31; 37:12-17) hingga sejauh selatan Betel dan Ai.

Disebelah kanannya adalah Kanaan selatan termasuk Hebron dan Negev (lih. 13:6, 9; 13:1, 18).

Ingat bahwa Abram baru saja bersujud menyembah di altar, yang merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan.

Dengan pola pikir seperti itu, Abram siap untuk menyerahkan haknya kepada saudara yang lebih lemah!

Abram mengizinkan keponakannya untuk memutuskan di wilayah mana ia ingin menggembalakan kawanan ternaknya.

Sewaktu di Mesir, Abraham mengutamakan dirinya sendiri ( Kej. 12:12–13 ), tetapi ketika ia kembali ke mezbahnya di Kanaan, ia mengutamakan Tuhan dan orang lain kemudian….

Ketika Tuhan menjadi yang pertama dalam hidup Anda, tidak ada bedanya siapa yang kedua atau terakhir.

Demi perdamaian Abram rela melapaskan haknya. Dia siap pergi dari tempat sekarang bila Lot meminta untuk dia tetap tinggal di tempat tersebut.

Sekarang Abram dewasa secara rohani. Sebab dia percaya, apa pun yang terjadi, kemamapun dia akan pergi Tuhan akan memberkatinya.

Karena itu dia tidak ragu menyerahkan haknya kepada Lot.

Apakah kita memaksakan hak kita kepada orang atau apakah kita memilih untuk mengambil pendekatan Yesus?

Dua wanita Kristen harus berbagi kantor yang sama. Yang satu selalu ingin jendelanya terbuka; yang lain ingin jendelanya tertutup.

“Saya merasa akan mati lemas di sini!” kata yang satu. “Saya akan mati kedinginan!” balas yang lain.

Karena tidak ada yang mengalah, maka seseorang mengajukan saran. “Mengapa Anda tidak menutup jendela sampai salah satu dari Anda meninggal karena mati lemas..

Dan kemudian membiarkannya terbuka sampai yang lain meninggal karena pneumonia,” katanya. “Dengan begitu kita akan hidup damai di sini!”

Tentu kedamaian seperti cerita diatas bukan yang kita inginkan. Kedamaian yang kita inginkan adalah kita semua damai saat kita masih hidup, bukan sebaliknya.

Karena itu, untuk mengatasi perselisihan nasehat Rasul Paulus sangat baik diikuti,

“..dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri..”

dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” Filipi 2:3-5.

Ingat, Sing Waras Ngalah

Diberkati untuk menjadi Berkat

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:
Sebelumnya

Selanjutnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan