Pastordepan Media Ministry
Beranda Artikel Mengapa kita memiliki empat Injil?

Mengapa kita memiliki empat Injil?

Ada pertanyaan dari para pelajar Alkitab, setelah mereka menyadari bahwa keempat injil mengandung banyak kesamaan dalam menceritakan karya Yesus Kristus.

Mereka bertanya, mengapa harus ada empat injil? Mengapa tidak satu saja agar ringkas dan mudah dipelajari?

Mengapa ada empat Injil tentu ada alasan dan tujuannya masing-masing. Kita perlu melihat bahwa masing-masing Injil memiliki materi khusus yang tidak terdapat dalam Injil lainnya.

Hal ini khususnya berlaku untuk Injil Yohanes, yang 98 persen unik dan berbeda dari tiga injil lainnya.

Pertanyaan yang muncul secara alami adalah, mengapa ada empat Injil, bukan satu (atau tiga, atau lima)?

Pertanyaan ini mustahil dijawab karena tidak ada persyaratan praktis atau teologis untuk jumlah tertentu.

Semua kata dan peristiwa yang tercatat di antara keempat Injil tentu saja dapat disatukan dalam satu tulisan saja. Hal ini terbukti dari sejarah Gereja maupun masa kini.

Pada abad kedua, di cabang gereja Siria, ada seorang teolog bernama Tatianus, dia menggabungkan keempat Injil menjadi satu catatan yang disebut Diatessaron (bahasa Yunani untuk “melalui empat”).

Ia menyelaraskan semua catatan, menghilangkan perbedaan di antara catatan-catatan tersebut.

Keselarasan ini (“melihat sebagai satu”) berbeda dengan sinopsis (dari bahasa Yunani, “melihat bersama”), yang menggambarkan Injil-injil kanonik.

Di gereja Suriah, Diatessaron karya Tatian bertahan hingga abad kelima, hingga akhirnya digantikan oleh keempat Injil dalam Peshitta Suriah.

Johnston M. Cheney, dalam The Life of Christ in Stereo, melakukan upaya yang lebih baru untuk menciptakan satu catatan tunggal yang terpadu.

Meskipun banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk memudahkan orang mengetahui kehidupan Kristus dengan menghilangkan kesulitan-kesulitan dalam teks, namun keempat Injil telah memberikan kontribusi penting dalam perkembangan Kekristenan sejak pertengahan abad pertama Masehi hingga saat ini.

Mengapa ada empat injil?

Empat injil adalah empat pendekatan terhadap sabda dan karya Kristus kepada pembaca dari dunia Yahudi, Romawi, dan Yunani, menyajikan aspek-aspek Yesus yang masuk akal bagi mereka dalam latar budaya mereka yang berbeda.

Keempat injil ditulis tidak bertentangan satu sama lain, melainkan pandangan tentang Yesus yang menggambarkan berbagai sisi pribadi Yesus yang utuh.

Kita melihat hal ini pertama kali dalam Injil Matius. Injil ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia di Suriah, yang memahami hubungan antara Yesus Sang Mesias dan Yesus Sang Pengharapan Israel sebagai anak Abraham dan anak Daud.

Orang-orang Yahudi ini tentu memiliki pertanyaan mengenai masa depan Israel dimana mereka sedang menantikan kedatagan Mesias.

Karena masa depan ini belum tiba, Matius memperluas pemahaman para pembacanya untuk menyadari bahwa kedatangan, kematian, dan kebangkitan Mesias telah tertulis dalam kitab para nabi.

Mesias itu adalah Yesus, itu sebabnya Matius memulai kitabnya dengan silsilah, karena bagi orang Yahudi silsilah itu penting.

Selanjutnya, Matius menunjukkan bahwa kedatanga Mesias bukan hanya untuk orang Yahudi, tapi juga untuk bangsa-bangsa non-Yahudi, yang berpuncak pada Amanat Agung untuk memuridkan dunia non-Yahudi.

Injil Markus ditujukan bagi orang Romawi, yang pasti sulit memahami atau menghargai Kitab Matius beserta silsilahnya.

Karena itu, Markus menggambarkan Yesus sebagai hamba Allah yang datang untuk melayani umat manusia dan menebus semua orang.

Alur cepat kitab ini tentu menarik bagi mentalitas orang Romawi.

Injil Lukas mengungkapkan Yesus seorang manusia sejati, manusia sempurna, dan Juruselamat.

Tabib Lukas tertarik pada Yesus sebagai pribadi yang penuh belas kasih yang peduli terhadap orang miskin, orang sakit, orang yang terpinggirkan, dan perempuan.

Karena itu, Yesus adalah pribadi yang patut diikuti dan ditiru.

hampir sepenuhnya berbeda dari Injil-injil lainnya. Mengapa demikian?

Yohanes menulis Injilnya kemungkinan tiga puluh hingga empat puluh tahun setelah Injil-injil lainnya.

Injil-injil tersebut, atau tradisi lisan yang menjadi dasar penulisannya, telah menjangkau sebagian besar wilayah Romawi.

Jadi, dalam menulis Injilnya sendiri, dia tidak lagi mengulangi apa yang ditulis injil lainnya.

Dalam tulisanya, Yohanes memberikan banyak materi baru, terutama tentang Yesus, yang tidak disebutkan oleh para penulis Injil lainnya.

Seperti, Yesus sebagai Anak Allah, Juruselamat seluruh umat manusia.

Pribadi Yesus adalah Allah sekaligus manusia. Ia kekal bersama Bapa, namun Ia tinggal di antara manusia untuk menunjukkan jalan kepada Allah Bapa melalui diri-Nya sendiri.

Jadi Injil Yohanes ditulis kepada mereka yang meragukan keIlahian Yesus, bahwa Dia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia.

Dengan demikian, melalui empat Injil, Allah menyatakan Anak-Nya dalam empat cara:

Yesus sebagai Raja Mesias, sebagai Hamba yang Menderita, sebagai Manusia Sempurna, dan sebagai Allah dalam rupa manusia.

Hanya dengan pandangan yang utuh tentang Yesus inilah kita benar-benar dapat memahami siapa Dia, dan keempat Injil memberikan kita pandangan seperti itu.

Jadi, mengapa ada ada empat injil? Untuk memberikan gambaran yang utuh tentang Yesus kepada para pembaca dari latar belakang budaya yang berbeda.

Kita juga dapat memberitakan Yesus dengan menggunakan pendekatan budaya kita masa kini.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan