Pastordepan Media Ministry
Beranda Seri Kitab Ayub Cara Elifas, Bildad dan Zofar Menghibur Ayub

Cara Elifas, Bildad dan Zofar Menghibur Ayub

Selamat pagi untuk kita semua. Kita tiba dibagian akhir pendahuluan cerita Ayub. Dibagian ini kita akan melihat tiga sahabat Ayub datang memberi penghiburan.

Sebagaimana yang kita sudah lihat sebelumnya, hidup Ayub telah habis. Hancur. Semua yang dimilikinya habis. Tinggal dia dan istrinya. Dirinya pun nyaris habis.

Berita tentang kehancuran Ayub tersebar luas. Viral. Banyak yang bersimpati. Memberikan dukungan.

Penulis mencatat tiga sahabat Ayub datang untuk mengucapkan dukacita. Ayat 11 menerangkan tentang mereka,

Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia.

Ketiga sahabat Ayub ini, Elifas, Bildad, Zofar, datang dari tiga tempat yang berbeda. Elifas, arti namanya, Allah adalah emas murni.

Dia berasal dari teman, terletak diwilayah utara Edom. Orang-orang Edom terkenal karena unggul dalam kebijaksanaan. Pada masa itu banyak ahli filsafat datang dari Edom.

Salah satunya adalah Elifas. Kita akan lihat nanti, hikmat Elifas dalam pidato-pidatonnya kepada Ayub.

Bildad, arti namanya mungkin ‘anak Hadad.’ Dia tinggal di Shuah. Dokumen Akkadia menyebutkan sebuah distrik Siibu, terletak di Sungai Eufrat Tengah, di bawah muara Sungai Khabu..

Silsilah Alkitab menempatkan Shuah lebih jauh ke selatan, karena terkait dengan Dedan dan Sheba..

Zophar, yang berarti “burung muda,” berasal dari Naam.ah. Naamah adalah keturunan perempuan Kain (Kej. 4:22), dan Salomo menikahi seorang putri Ammon dengan nama ini (1 Raj. 14:21).

Identifikasi kemungkinan untuk tempat tinggal Zophar adalah situs ‘Ain Sopar di jalan antara Beirut dan Damaskus.

Ketiga teman Ayub ini mengadakan perjalanan jauh dari rumah mereka ketanah Uz untuk melihat Ayub.

Dalam Alkitab istilah teman atau sahabat, memiliki makna yang luas, termasuk penasihat yang dekat (1 Taw. 27:33), teman dekat (Ul. 13:7 [Eng. 6]), atau pihak dalam sengketa hukum (Kel. 22:8).

Orang-orang yang berteman jaman itu, sering mengukuhkan pertemanan mereka dengan perjanjian, berjanji untuk saling menjaga dalam segala keadaan.

Hubungan antara Ayub dan ketiga temannya menunjukkan bahwa hubungan tersebut didasarkan pada perjanjian (6:14-15,21-23, 27). Hubungan seperti itu ditandai dengan cinta yang setia.

Didorong oleh cinta dan komitmen mereka, tiga teman Ayub ini datang untuk menghibur dan menenangkan Ayub.

Kata “Belasungkawa” (Ibr Nud) secara harfiah berarti “menggelengkan kepala atau mengayunkan tubuh ke kiri dan kanan” sebagai tanda kesedihan bersama.

Kata, “Menenangkan” (Ibr. niham) berarti berusaha meredakan rasa sakit terdalam yang disebabkan oleh tragedi atau kematian (misalnya, 2 Sam. 12:24).

Jadi, dengan niat yang mulia, ketiga orang ini sungguh-sungguh ingin membantu Ayub menanggung kesedihannya.

Ayat selanjutnya menceritakan,

Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.

Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.

Ketika para sahabat itu melihat Ayub untuk pertama kalinya dari jauh, mereka terkejut. Karena seluruh harta benda Ayub yang dulu terlihat sejauh mata memandang..

Sekarang telah hancur lebur, dan Ayub sendiri hampir tak dikenali, tubuhnya begitu rusak parah.

Diliputi kesedihan, mereka menangis keras-keras dan merobek jubah mereka. Mereka melemparkan debu ke udara sebagai simbol penyakit dan kematian.

Ungkapan ‘menaburkan debu dikepala ke langit’ menarik untuk disimak. Gestur ini menggambarkan kedalaman kesedihan mereka atas penderitaan yang mengerikan itu.

Kemudian mereka duduk berdiam diri selama tujuh hari dan tujuh malam. Lama waktu ini menandakan intensitas kesedihan mereka, karena itulah periode berkabung atas kematian seorang tokoh terkemuka (lihat Kej. 50:10; 1 Sam. 31:13).

Mereka siap untuk menganggap diri mereka berada di bawah bayang-bayang ketidakpuasan ilahi karena hubungan mereka dengan orang yang menderita..

Dan karena penyakit Ayub, dia terasing dari komunitas dan hubungannya dengan Allah. Mengapa mereka terdiam selama 7 hari? Agar mereka tidak terburu-buru menilai Tuhan.

Saat kita atau orang lain menderita, kehadiran sahabat sangat diperlukan, untuk memberikan dukungan rohani. Bukan penghakiman.

Rasul Paulus mengatakan,

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Galatia 6:2

Ayat ini penting, agar kita saling membantu dan mendukung dalam menghadapi kesulitan atau beban hidup.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan