4 Karakter Tuhan Yang Di Tunjukkan Melalui Kelahiran Yesus

Makna, Perayaan dan tanggal kelahiran Yesus

Bulan desember merupakan bulan penuh kegembiraan bagi semua orang Kristen di seluruh dunia, kenapa? Karena bulan ini diperingati sebagai hari natal, kelahiran Yesus ketika menjelma menjadi manusia.

Selain bulan kegembiraan,bulan ini juga menjadi bulan diskusi bahkan perdebatan soal tanggal 25 desember yang diperingati sebagai tanggal kelahiran Yesus?

Bagi mereka yang sudah terbiasa merayakan natal 25 desember, yang bahkan secara sinode gereja ikut mengukuhkan tanggal itu sebagai hari kelahiran Yesus, akan mempertahankan 25 desember sebagai kelahiran Yesus dengan argumentasi mereka.

Bagi mereka yang tidak setuju dengan tanggal 25 desember juga, akan mempertahankan pendapat mereka bahwa 25 desember bukan tanggal kelahiran Yesus.

Sebagian yang lain mengambil jalan tengah, mereka tidak mempermalasahkan 25 desember, namun juga tidak mendukung 25 desember sebagai hari kelahiran Yesus.

Nah sekarang bagaimana mendamaikan dua perdebatan yang tak kunjung usai ini..

Namun sebelum membahas topik tersebut, mari kita pelajari lebih dahulu 4 makna kelahiran Yesus yang sungguh menggugah hati.

Kelahiran-Nya kedunia menceritakan karakter Tuhan yang sesungguhnya.

1. Tuhan adalah Emmanuel: Tuhan beserta kita

kelahiran Yesus sebagai bayi manusia yang tak berdaya memberi tahu saya bahwa Allah bersedia masuk kedalam kehidupan manusia dan bersekutu dengan manusia, bahkan mau mati untuk manusia yang berdosa. Kelahirannya kedunia menunjukkan bahwa Tuhan menjadi Imanuel, Tuhan beserta dengan kita.

Yohanes mengungkapkan kebenaran ini dengan jelas, dia mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yohanes 1:14). Penting untuk dicatat bahwa kata “diam/tinggal – skene” dalam bahasa Yunani, berarti “mendirikan kemah.” Ini berarti bahwa Allah akan terus tinggal bersama kita.

Gagasan tentang Allah mendirikan kemah di antara kita, menyiratkan bahwa Dia ingin dekat dengan kita dan berinteraksi dengan kita. Inilah sebabnya mengapa Kristus dilahirkan sebagai bayi.

Dia ingin menjadi dekat dengan kita dan mengidentifikasi diri dengan kita. Dia mendirikan kemah-Nya seolah-olah itu di halaman belakang kita.

Seandainya Kristus datang sebagai superman, semacam King Kong, kita akan lebih takut padanya daripada mengasihi Dia. Tetapi Dia datang sebagai bayi, karena kita dapat merangkul dan mencintai bayi yang tak berdaya.

2. Tubuh kita adalah ciptaan Tuhan yang baik

Kelahiran Kristus sebagai bayi manusia memberi tahu kita bahwa Allah memandang tubuh jasmani kita sebagai ciptaan-Nya yang baik. Kebenaran Alkitab ini tidak dapat diterima oleh para pemikir dualistis PB yang memandang tubuh manusia sebagai materi yang jahat dan dibuang pada saat kematian.

Fakta bahwa Kristus dilahirkan sebagai bayi manusia dan hidup sebagai manusia, memberi tahu kita bahwa Allah memandang sifat tubuh jasmani manusia sebagai ciptaan yang baik.

Tujuan dari inkarnasi bukanlah untuk mengubah sifat tubuh kita dari fisik ke spiritual, tetapi untuk menebus dan mengembalikannya kepada kesempurnaan yang semula.

Ini memberi kita alasan untuk percaya bahwa jika sifat tubuh kita sebagai manusia “sangat baik” dalam penciptaan dan inkarnasi, itu juga akan baik pada pemulihan akhir.

Dengan kata lain, pada akhirnya Tuhan tidak akan mengubah tubuh manusia kita menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda, tetapi akan mengembalikannya kepada kesempurnaanya yang semula.

3. Tuhan Kita merendahkan hati-Nya demi Keselamatan Kita

Ketiga, kesediaan Kristus untuk mengesampingkan kemuliaan, kedudukan, dan hak istimewa Ilahi-Nya untuk dilahirkan sebagai bayi yang tak berdaya ke dalam keluarga manusia, memberi tahu saya bahwa Dia rela merendahkan diri untuk keselamatan kita.

Paulus mengungkapkan kebenaran ini dengan jelas, dengan mengatakan:

” Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2: 5-11).

Kelahiran Kristus sebagai bayi manusia untuk mengidentifikasi diri dengan kita, memberi tahu kita bahwa kita menyembah Allah yang transenden dan imanen, yaitu, Allah yang berdiam di surga yang mulia, tetapi juga bersama kita di bumi ini.

Dia adalah El Shaddai – “Tuhan Yang Mahakuasa–, dan Emmanuel – Tuhan bersama kita.

4. Allah Kita Memilih untuk Mengungkapkan Diri-Nya melalui Bayi yang Tidak Berdaya

Keempat, Allah memilih untuk mengungkapkan kekudusan, kemurnian, dan kemuliaan-Nya melalui wajah dan sifat bayi yang tak berdaya. Sepanjang Perjanjian Lama, Tuhan ingin membuat dirinya dikenal oleh umat-Nya. Tapi ini tidak mungkin.

Sebelum dosa memasuki dunia, Adam dan Hawa menikmati hubungan yang sempurna dengan Allah. Mereka hidup di hadirat Tuhan. Tetapi begitu dosa memasuki dunia, mustahil untuk bisa melihat Allah muka dengan muka. Manusia kehilangan kemampuan untuk hidup dengan aman di hadirat Tuhan.

Tapi Tuhan sangat ingin mengungkapkan dirinya sepenuhnya kepada keluarga manusia. Ini dia capai melalui inkarnasi Putra-Nya, lahir ke dunia ini sebagai bayi dengan daging dan darah seperti manusia. Begitulah cara Tuhan mengungkapkan diri kepada kita.

Ibrani 1:1-3

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

Yohanes mengungkapkan kebenaran yang sama dengan mengatakan: “Dan Firman itu menjadi manusia dan tinggal di antara kita, penuh dengan kasih karunia dan kebenaran; kita telah melihat kemuliaan-Nya, sebagai satu-satunya Anak dari Bapa ”(Yohanes 1:14). Melalui Anak Allah yang berinkarnasi itulah kita melihat kemuliaan Allah.

Di sini intinya adalah bahwa meskipun Allah tidak kelihatan, Ia sekarang telah menyatakan diri dengan cara yang paling unik melalui inkarnasi Diri-Nya dalam Anak-Nya, Yesus. Di dalam Yesus kita melihat Tuhan.

Inilah sebabnya mengapa Yesus dapat berkata: “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14: 9).

Secara sederhana, kelahiran Kristus sebagai bayi yang tidak berdaya memberi tahu kita bahwa kita menyembah Tuhan yang luar biasa, sangat tertarik untuk mengembalikan kita ke hubungan yang harmonis dengan-Nya.

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *