6 Saran Pelayanan Dukacita yang Berhasil Setelah Pemakaman

Enam saran untuk pelayanan yang berhasil kepada orang yang berdukacita setelah penguburan:

1. Hadirlah.

Para dokter memperkirakan para ibu muda akan mengalami kesusahan pasca melahirkan.

Para pendeta juga harus memperkirakan orang-orang yang berdukacita akan mengalami kesusahan sesudah penguburan.

Hormon adrenalin mereka sudah habis terkuras, krisis sudah berlalu, rombongan tamu-tamu dan sahabat-sahabat sudah pergi.

Pada waktu penguburan mereka semua sama-sama menghadapi kehilangan orang yang mereka kasihi. Dan sesudah penguburan mereka menghadapi sendiri kesepian.

Mereka mungkin akan lebih merasa tertekan beberapa hari sesudah penguburan daripada sebelumnya.

Malangnya masyarakat bahkan gereja cenderung mengabaikan semua ini.

Mereka bersimpati sebelum penguburan, tetapi melupakan dan mengabaikannya sesudah itu.

Gembala sebagai seorang profesional, harus mengerti kenyataan yang patut disayangkan ini.

Dan menyadari bahwa pelayanan kepada orang yang berduka harus dimulai sejak penguburan dan diteruskan sampai beberapa bulan sesudah itu.

Ajarlah gereja anda mengenai pentingnya mengembangkan suatu sistem pendukung untuk pelayanan yang terus menerus kepada orang yang berdukacita.

Buatlah kunjungan penggembalaan segera sesudah penguburan. Sebagai oleh-oleh yang baik, berikanlah rekaman tape seluruh upacara, kalau ada.

Rencana jangka panjang ialah menandai almanak di kantor anda supaya dengan demikian anda diingatkan untuk mengirim surat dorongan setiap kali ulang tahun kematian itu.

2. Sabarlah.

Hilangnya dukacita membutuhkan waktu. Tidak bisa tidur, cemas, takut, mudah marah dan asyik dengan diri sendiri dan dengan pikiranpikiran sedih bisa berlanjut datang dan pergi selama setahun atau lebih.

Harapan yang tidak realistis agar mereka yang berdukacita harus “mengubah sikap dengan cepat” bisa menimbulkan rasa cemas dan bersalah dan membuat proses berdukacita itu semakin sulit.

Sabarlah dengan orang yang berduka yang menunjukkan kemarahan mereka terhadap Allah. Kemarahan adalah bagian yang biasa dari proses berdukacita.

Walaupun kemarahan terhadap Allah yang dapat mencegah kematian itu tidak adil dan diharapkan hanya bersifat sementara, tetapi itu adalah hal yang biasa.

3. Dengarkan.

Berbicara adalah cara efektif untuk melepaskan emosi dan untuk mengalami kesembuhan.

Orang yang berduka itu mungkin tidak senang menceriterakan rasa sakit yang mereka alami dan bahkan lebih suka ditinggalkan sendirian, tetapi berbagi perasaan dengan orang lain akan membawa kesembuhan.

Sahabat-sahabat boleh saja bercerita mengenai segala sesuatu kecuali mengenai orang yang sudah meninggal; pendeta juga tidak boleh.

Tanyakanlah, apakah anda suka berbicara mengenai hal itu? atau ceritakanlah kepada saya bagaimana hal itu terjadi.

Sebenarnya, biasanya orang yang berduka suka berbicara mengenai kekasih mereka yang sudah meninggal, sekali sudah dimulai.

Pembicaraan itu mengungkap kenangan-kenangan berharga, mengetahui bahwa anda merasa cerita kehidupan orang yang sudah meninggal itu berguna untuk didengar untuk mendatangkan kepuasan.

Iman kristiani membawa penghiburan dan pengharapan kepada mereka yang berduka.

Tetapi anda akan sangat menolong bukan oleh karena memaksakan apa yang iman mereka harus perbuat bagi mereka, tetapi oleh menyelidiki dan mendengar apa yang dilakukannya bagi mereka.

4. Halangi penyangkalan.

Sebagian orang kristen yang berduka, yang percaya bahwa adalah salah terus-menerus merasa sedih, menyangkal bahwa mereka sedang sedih.

Yang lain bahkan sama sekali mau menghindarkan rasa sakit dukacita itu.

Tetapi dalam berduka, pepatah lama adalah benar: “jika tidak ada rasa sakit, tidak ada keuntungan.”

Tentu saja, kenangan mengenai orang yang sudah meninggal itu penting dan berharga.

Tetapi orang harus berpisah dengan masa lalu sebelum mereka bisa menikmati masa kini atau memandang ke arah masa yang akan datang.

Pekalah terhadap indikasi adanya penyangkalan seperti menolak membicarakan mengenai orang yang sudah meninggal itu, ketidakmampuan berpisah dengan barang-barang pribadi orang yang sudah meninggal, dan penggunaan obat-obatan secara terus-menerus untuk menutupi perasaan tertekan.

5. Doronglah kegiatan.

Bersedih adalah penting. Bersedih perlu. Tetapi bersedih juga cenderung berpusat pada diri sendiri.

Secepat mungkin, orang yang berduka itu harus melibatkan diri ke dalam berbagai kegiatan yang berguna bagi orang lain.

Bergiat dalam kelompok pendukung orang yang berduka mungkin bisa sebagai permulaan.

Sebagai contoh, janda-janda dalam gereja mungkin membentuk kelompok untuk saling mendukung dan melakukan pelayanan lain bagi gereja.

6. Berdamailah dengan kematianmu sendiri.

Orang-orang kristen pada umumnya dan para pendeta kristen pada khususnya mempunyai sistem kepercayaan yang memberikan kepada mereka dukungan kuat bilamana menghadapi kematian.

Itu tidak berarti bahwa anda telah menghadapi kematian yang tidak bisa dihindarkan dan telah berdamai dengannya.

Sampai anda sudah meninggal, boleh jadi anda tidak pernah tenang mengenai kematian itu, dan menjadi pertolongan yang terbatas kepada mereka yang didukakan oleh kematian itu.

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *