5 Level Komitmen, Level Manakah Anda Berada?

Dalam tiga tahun pertama pelayanan saya, saya berkomitmen untuk berkhotbah — tetapi tidak membuat persiapan khotbah. Hasilnya adalah banyak hotbah setengah hati yang di sampaikan yang didengar oleh jemaat.

Butuh perjuangan untuk membuat saya sadar bahwa jika ingin Tuhan dimanifestasikan melalui khotbah-khotbah saya yang akan memengaruhi kehidupan orang-orang percaya, maka saya harus bersedia menghabiskan lebih banyak waktu dan usaha yang giat untuk belajar dan mempersiapkannya.

Saya kemudian bertanya-tanya apakah saya, sebagai pendeta, akan melakukan tugas pelayanan saya, sebagaimana orang lain akan melakukan tugas mereka.

Saya menemukan bahwa komitmen itu menular, dan hasilnya mengejutkan saya. Para anggota mulai berkomitmen dan gereja bersemangat. Kami mengalami pertumbuhan, rohani dan jumlah, yang belum pernah terlihat di gereja itu sebelumnya.

Sampai hari ini, saya tetap berterima kasih kepada para anggota yang mencintai dan mendorong saya, terlepas dari kurangnya komitmen saya.

Saya telah mengidentifikasi lima tingkat komitmen dan bagaimana itu berpengaruh kepada gereja-gereja lokal.

Saya telah menemukan bahwa ketika kita memperkenalkan ini kepada anggota kita, mereka tidak hanya mengenali di mana mereka berada tetapi juga dapat dengan penuh doa memutuskan untuk maju ke tingkat berikutnya.

Setiap level bersifat progresif atau bertumbuh, mulai dari level 1. Jika Anda berada di level 4, itu berarti Anda akan memperoleh kualitas terbaik dan mengatasi kelemahan yang ada di level 1, 2, dan 3.

Saya harap kelima level ini akan membantu Anda bertumbuh secara pribadi dan akan mendorong jemaat Anda untuk meningkatkan level komitmen mereka.

KOMITMEN LEVEL 1: MENGHINDARI TUGAS (THE SLACKER)

Pada level komitmen pertama ini, kita bisa menemukan orang-orang yang menghindari tugas. Menurut definisi, Slacker atau menghindari tugas adalah seseorang yang tidak melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.

Misalnya, mereka mengatakan bahwa mereka akan melakukan sesuatu tetapi tidak pernah menindaklanjutinya atau melakukannya. Slacker selalu menghasilkan hal yang biasa-biasa saja.

Seorang relawan pelayanan anak-anak mungkin setuju untuk mengajar anak-anak di kelas Alkitab tiga kali sebulan. Tapi dia selalu terlambat dan tidak pernah siap, dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan dia akan muncul dikelas.

Contoh lain, Pendeta tidak mempersiapkan khotbah lalu naik ke mimbar untuk mengkhotbahkan pekabaran yang setengah hati yang tidak siap dan membuat para anggota bertanya-tanya apakah ia telah berusaha mempersiapkan kotbah ini..

4 Masalah komitmen level 1

Masalah yang terjadi dengan komitmen level 1 bukan karena orangnya tidak cakap ataut tidak mampu melakukan tugas itu, secara kesanggupan dia mampu.

1. Masalahnya adalah orang-orang di level ini, tidak melakukan apa yang harus mereka lakukan sehingga pekerjaan mereka menjadi buruk padahal mereka bisa melakukan dengan baik.

2. Orang yang berada di komitmen level 1 adalah mereka yang selalu gagal untuk melakukan sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.

3. Orang yang berada pada komitmen level 1 banyak membahas teori, tetapi tidak pernah mengeksekusi teori dalam bentuk tindakan.

4. Mereka mengadakan rapat yang panjang dan tanpa tujuan. Orang-orang marah dan frustrasi. pelayanan ibadah berlangsung tanpa aturan atau rasa hormat.

Sehingga anggota malu mengundang siapa pun untuk mengunjungi gereja mereka. Dan segala sesuatu di sekitar gereja pada dasarnya biasa-biasa saja.

Paulus membantu kita melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda:

“Apa pun yang kamu lakukan, kerjakan dengan sepenuh hati, seperti bekerja untuk Tuhan, bukan untuk tuan manusia. . . . Ini adalah Tuhan yang kamu layani ”(Kol. 3:23, 24, NIV).

Bahkan jika anggota kurang antusias melayani orang lain, berharap, mereka akan peduli tentang melayani Tuhan.

Ketika kita tidak dapat menyerahkan dan secara terus menerus memberikan kepada Tuhan bukan yang terbaik, kita tidak menghormati nama-Nya, dan kerajaan Allah menderita kerugian yang besar.

KOMITMEN LEVEL 2: TANGGUNG JAWAB (THE RESPONSIBLE)

Pada komitmen tingkat kedua, kita menemukan anggota yang bertanggung jawab. Orang-orang di level ini dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab.

Kekutatan komitmen level 2

1. Memiliki rasa kewajiban yang kuat, mereka selalu ada tepat waktu untuk menyelesaikan tanggung jawab mereka apa pun dan dengan demikian melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.

2. Anggota yang bertanggung jawab mendorong kesetiaan di sekitar gereja.

Betapa berbedanya gereja Anda jika orang selalu melakukan apa yang diharapkan dari mereka?

Namun, sebagaimana komitmen tingkat kedua adalah titik awal yang ideal, tetapi kita tidak boleh berhenti sampai di sini, harus naik ke level selanjutnya.

Masalah komitmen level 2

Secara pribadi komitmen Level 2 gagal melihat dua kebenaran penting.

1. Bahwa Allah memanggil kita lebih dari sekadar bertanggung jawab, lebih dari sekadar setia. Ia memanggil kita untuk bermurah hati dan baik hati.

Sebagai contoh: kurang lebih dari 2.000 tahun yang lalu, sekelompok orang yang bertanggung jawab — orang-orang Farisi — menganggap agama mereka dengan sangat serius dan dengan setia melakukan apa yang diharapkan dari mereka; itulah masalahnya.

Yesus, dalam Matius 23:23 mengutuk mereka,

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”

Komitmen pada tanggung jawab agama mereka membuat mereka kehilangan makna sejati dari agama yang mereka berusaha untuk jaga yaitu kemurahan hati dan kebaikan hati.

Jadi, Perasaan tanggung jawab hanya bisa membawa kita sejauh ini. Kita harus melangkah lebih jauh lagi!

Misalnya, jika rasa tanggung jawab dipertandingkan, dia hanya akan memenangkan lari 100 meter tetapi tidak akan pernah mendapat kesempatan dalam lari jarak jauh maraton.

2. Bahwa Allah memanggil kita lebih dari sekadar memiliki pola pikir kontrak, “Aku akan melakukan bagianku, kau lakukan bagianmu, dan kita berdua tetap di jalur yang sama.”

Dia memanggil kita untuk menjalin hubungan perjanjian. Sebuah kontrak menyatakan harapan dan hak istimewa semua pihak yang terlibat.

Jika salah satu pihak gagal memenuhi persyaratan atau menyalahgunakan hak istimewa, itu melanggar kontrak.

Perjanjian, di sisi lain, adalah hubungan yang menuntut dan berkembang lebih dari sekadar melakukan sesuatu karena Anda harus melakukannya.

Orang dapat berargumen bahwa apa yang diucapkan orang yang menikah adalah penandatanganan kontrak resmi.

Tetapi yang membuat mereka tetap bersama adalah perjanjian yang mereka buat untuk melakukan sesuatu karena cinta dan bukan hanya karena tugas.

Ketika kita berkomitmen untuk melakukan hanya apa yang orang lain harapkan dari kita, kita memenuhinya tetapi tidak melampauinya.

Kita menyenangkan tetapi tidak memuaskan, dan kita melayani tetapi tidak mencintai.

Dan itu sebabnya, meskipun Anda sudah di level 2, pastikan Anda tidak berhenti sampai disini.

KOMITMEN LEVEL 3: MURAH HATI (THE GENEROUS)

Pada komitmen tingkat ketiga, kita menemukan anggota yang murah hati dan baik hati.

Biasanya berisikan pemimpin utama gereja, mereka melampaui apa yang diharapkan karena mereka memiliki rasa kasih yang mendalam kepada Tuhan dan orang-orang.

Kekuatan komitmen level 3

1. Pribadi di level 3 hasilnya melampaui apa yang mereka lakukan. Mereka melakukan lebih dari apa yang diharapkan.

2. Tingkat komitmen murah hari tidak hanya memiliki sifat-sifat baik di komitmen tingkat 2, tetapi juga memahami prindip dasar Injil yang dikenal sebagai the second-mile attribute.

Yesus pada dasarnya mengatakan bahwa Dia memanggil kita untuk melakukan dan jauh lebih dari yang diharapkan orang lain.

Meskipun orang-orang seperti itu menjadi tim inti kepemimpinan di gereja anda, mereka tidak banyak.

1. Mereka Sangat murah hati dengan pemahaman yang dalam sebagai tim kerja, mereka bertanggung jawab atas sekitar 80 persen dari apa yang terjadi di sebuah sidang, tetapi mereka hanya terdiri atas sekitar 20 persen dari keanggotaannya.

2. Mereka tidak mudah tersinggung, mereka memiliki tujuan untuk keunggulan. Alih-alih berkomitmen untuk pelayanan semata, mereka berkomitmen untuk Tuhan.

Moto mereka adalah, ” Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga “ (Pkh. 9:10).

Kelemahan komitmen level 3

Mudah putus asa ketika pekerjaan mereka kurang dihargai dan kurang dukungan

Individu Level 3 memiliki banyak kekuatan, tetapi mereka juga memiliki kelemahan — mereka mungkin menjadi lelah.

Pernahkah Anda melihat anggota yang bekerja begitu keras begitu lama — selalu mengincar keunggulan, memiliki rasa kerja tim yang hebat, rela berjalan sejauh dua mil — tetapi akhirnya menjadi lelah dan putus asa karena kurangnya dukungan dari orang lain?

Yah, sebagaimana komitmen level 3 itu adalah komitmen yang luar biasa, namun jangan berhenti dilevel ini, yang terpenting adalah kita harus pindah ke level berikutnya.

Tuhan telah memanggil kita untuk sesuatu yang jauh lebih besar daripada kemurahan hati dan kebaikan.

KOMITMEN LEVEL 4: PELAYAN

Pada komitmen tingkat keempat, kita bertemu pelayan.

Jika orang level 3 sulit ditemukan di gereja lokal, maka orang di level 4 bahkan lebih sulit lagi karena mereka jarang.

Kekuatan komitmen level 4

1. Semangat mereka dilandasi dengan kasih, mereka adalah perwujudan dari pelayanan.

2. Selain memiliki semua sifat baik di komitmen tingkat 2 dan 3, mereka memahami bahwa mereka diselamatkan untuk melayani.

Karena itu jarang mereka merasa lelah melakukan hal itu. Mereka yang berada di komitmen Level 4 adalah inspirasi.

Orang-orang seperti itu telah mengingat-ingat kata-kata Yesus dalam Matius 20:26: “‘ Barangsiapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, biarkan dia menjadi pelayanmu ’(NKJV).

4. Mereka tidak peduli dengan pengakuan, mereka memberikan penghargaan untuk kemuliaan Allah. Alih-alih bertanya, “Apa untungnya bagi saya?” mereka lebih tertarik tentang apa untungnya bagi orang lain.

5. Dipenuhi dengan perasaan yang mendesak yang mendalam akan Injil, mereka ingin gereja mereka menjadi gereja misi, dan mereka tahu bagaimana cara terbaik mewujudkannya adalah dengan menjadi teladan bagi diri mereka sendiri.

Sungguh menakjubkan melihat para profesional yang cakap membersihkan kamar mandi gereja dan mengambil sampah dan petugas kebersihan menyampaikan khotbah yang membawa orang kepada Kristus. Dan mereka semua melakukannya dengan sukacita, kasih, dan keunggulan.

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang baik dan penuh kasih, yang selalu siap melayani dengan senyum lebar dan tanpa agenda tersembunyi?

Manfaatkan kesempatan ini untuk memberi tahu mereka bahwa itu adalah inspirasi bagi Anda.

KOMITMEN LEVEL 5: MARTIR (THE MARTYR)

Pada tingkat kelima, kita menemukan martir, orang yang telah membayar harga tinggi, bahkan mungkin yang tertinggi, sebagai hasil dari komitmen mereka kepada Kristus.

1. Berani mati demi kebenaran

Pada awalnya, saya berpikir bahwa para martir hanyalah mereka yang mati demi Injil. Kita dapat mengingat kematian para rasul yang mengerikan, ribuan orang Kristen yang tercabik-cabik oleh binatang buas untuk hiburan orang lain.

Mungkin kita ingat para misionaris yang binasa di tangan mereka yang mereka coba selamatkan.

2. Rela menderita demi Kristus

Di sisi lain, ketika saya mengunjungi dan bertemu dengan orang-orang Kristen yang tinggal di negara-negara Muslim, saya mendengar kisah-kisah tentang para wanita yang menderita pemukulan terus-menerus dari suami mereka karena menjadi orang Kristen sampai akhirnya mereka harus melarikan diri demi kehidupan mereka.

3. Rela kehilangan keluarga demi Kristus

Para pria muda kehilangan dukungan dari keluarga mereka ketika mereka menjadi orang Kristen. Semua orang seperti itu memiliki satu kesamaan.

Mereka menghadapi pilihan: meninggalkan iman mereka yang baru kepada Yesus sehingga hidup mereka dapat kembali normal atau tidak lagi menjadi bagian dari keluarga mereka dan tidak pernah kembali ke gaya hidup mereka sebelumnya. Mereka semua memutuskan yang terakhir.

Kisah-kisah seperti itu adalah panggilan untuk membangunkan bagi banyak orang Kristen.

Saya sungguh berharap kita tidak harus naik ke level 5, tetapi jika akhirnya kita lakukan, kita harus bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang serius: Apakah cinta Tuhan lebih berharga daripada hidup itu sendiri?

KOMITMEN

Sama seperti Petrus, banyak dari kita mengklaim bahwa kita akan mati untuk Yesus jika perlu, sementara untuk dapat hadir tepat waktu ke gereja kita tidak bisa.

Kita bersumpah bahwa kita akan berkhotbah bahkan bahkan kita siap menderita di penjara, penyiksaan, atau kematian, tetapi ketika diminta untuk melayani dalam posisi yang diperlukan, kita menjawab bahwa kita terlalu sibuk.

Meskipun kita dapat mengatakan bahwa kita akan menukar semua harta duniawi kita dengan kehidupan kekal bersama Yesus, kita bahkan tidak dapat mengembalikan persepuluhan yang jujur dan persembahan yang murah hati.

Kenyataannya adalah ini: kita mencandai diri kita sendiri. Kita tidak bisa melompat naik dari level 1 ke 4 atau 2 ke 5.

Itulah mengapa saya membuat tingkatan komitmen supaya kita tahu posisi komitmen kita dalam hidup.

Kita dapat bertumbuh dari level 1 ke level berikutnya secara bertahap, dan waktu terbaik untuk mulai bergerak menuju level 5 adalah hari ini.

Akhirnya, ketika Anda mempelajari lima tingkat komitmen, saya berdoa agar Anda tidak melihat orang lain di gereja tetapi lihatlah diri Anda sendiri dan naikkan level komitmen anda.

Renungkan tingkat komitmen Anda sendiri, minta Tuhan untuk membantu Anda pindah ke tahap berikutnya, dan memohon kepada-Nya untuk membuat Anda terus tumbuh, apa pun yang terjadi.

Yesus menyerahkan diri-Nya sepenuhnya kepada kita — dapatkah kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya?

Ditulis oleh Pastor Diego Boquer, MPAM, is pastor of SDA the Baltimore White Marsh Baltimore, Maryland, United States.

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *