5 Dampak Merugikan Seks Tanpa Komitmen
Pertama-tama, seks sebelum menikah adalah seks tanpa komitmen. Jika kita tidak menyukai pasangan kita, kita bisa berubah dan mencari orang lain.
Seks tanpa komitmen bisa dilakukan oleh orang yang belum menikah dan yang sudah menikah.
Hubungan kasual semacam itu menghancurkan integritas seseorang dengan mereduksinya menjadi objek yang digunakan untuk kepuasan pribadi.
Beberapa orang, yang merasa terluka dan dimanfaatkan setelah berhubungan seksual, mungkin menarik diri sepenuhnya dari aktivitas seksual karena takut dimanfaatkan lagi atau mungkin memutuskan untuk menggunakan tubuh mereka secara egois, tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
Bagaimanapun, seksualitas kita terdistorsi karena menghancurkan kemungkinan menggunakannya untuk berhubungan secara tulus dan intim dengan orang yang kita cintai.
Seks tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk bersenang-senang dengan satu pasangan pada satu waktu dan sebagai cara untuk mengekspresikan cinta sejati dan komitmen dengan pasangan lain di lain waktu.
Mereka yang terbiasa dengan beragam pasangan seksual akan merasa sulit, bahkan mustahil, untuk mengekspresikan komitmen total dan keintiman terakhir mereka kepada pasangan melalui seks.
Pasangan yang bertunangan mungkin akan menyangkal bahwa ketika mereka tidur bersama, mereka tidak menunjukkan komitmen sejati satu sama lain.
Namun, jika mereka berkomitmen penuh dan tuntas, mereka akan menikah. Pertunangan adalah persiapan untuk menikah, tetapi bukan pernikahan itu sendiri.
Sebelum janji pernikahan diucapkan, kemungkinan putusnya hubungan tetap ada. Jika pasangan telah berhubungan seks bersama, mereka telah mengkompromikan hubungan mereka.
Putusnya hubungan setelahnya akan meninggalkan luka emosional yang permanen.
Hanya ketika kita bersedia menjadi satu, tidak hanya secara verbal tetapi juga secara hukum dengan memikul tanggung jawab atas pasangan kita, kita dapat mempererat hubungan kita melalui hubungan seksual.
Dalam situasi ini, seks dengan tepat mengungkapkan komitmen tertinggi dan keintiman yang abadi.
Surat izin menikah dan upacara pernikahan bukan sekedar formalitas, tetapi berfungsi untuk memformalkan komitmen pernikahan.
Sebagaimana dijelaskan Elizabeth Achtemeier: “Fakta bahwa anak-anak muda seperti itu [yang tinggal bersama] ragu-ragu secara hukum untuk mengikat ikatan mereka merupakan bukti bahwa komitmen mereka satu sama lain tidaklah total.
Surat nikah dan upacara pernikahan bukan hanya formalitas hukum; melainkan juga simbol tanggung jawab.
Mereka mengatakan secara terbuka, apa yang ditegaskan secara pribadi, tanpa syarat, bahwa saya bertanggung jawab atas pasangan saya—bertanggung jawab tidak hanya dalam semua aspek emosional dan spiritual yang indah dalam kehidupan pernikahan, tetapi juga dalam hal-hal yang membumi yang berkaitan dengan hal-hal kotor seperti uang, asuransi kesehatan, dan properti.
Misalnya, dua orang yang hanya tinggal bersama tidak memiliki kewajiban satu sama lain ketika formulir pajak harus diaudit, atau ketika salah satu pihak terlibat dalam kecelakaan mobil dan gugatan hukum; tetapi orang yang memegang surat nikah memang memiliki tanggung jawab tersebut, dan komitmen terhadap pernikahan juga mencakup penerimaan tanggung jawab publik tersebut. Ini adalah soal menerima sepenuhnya kewajiban yang dibebankan masyarakat kepada anggota dewasanya demi menjamin kebaikan bersama.” (Elizabeth Achtemeier (n. 7), p. 40.)
5 Dampak merugikan Seks Tanpa Komitmen
Bagian ini diambil dari Crosswalk.com.
Dari perspektif Alkitab Kristen, seks pranikah, seks tanpa komitmen bukan sekadar melanggar aturan; melainkan tentang dampak yang lebih mendalam yang dapat ditimbulkannya terhadap individu secara spiritual, emosional, dan relasional.
Berikut lima cara seks tanpa komitmen dapat merugikan Anda, berdasarkan ajaran dan prinsip Kristen:
- Keterputusan Spiritual
Dapat menyebabkan perasaan terputus dari Tuhan. Dalam 1 Korintus 6:18-20 , Paulus memperingatkan tentang percabulan karena hal itu berdosa terhadap tubuh sendiri, yang seharusnya menjadi bait Roh Kudus.
Melakukan seks pranikah, tanpa komitmen dapat membuat seseorang merasa jauh dari Tuhan, bergumul dengan rasa bersalah dan malu, yang dapat memengaruhi kehidupan rohani dan hubungan mereka dengan-Nya.
- Komplikasi Emosional
Seks dirancang sebagai ungkapan cinta dan komitmen yang mendalam dalam ikatan pernikahan, menciptakan ikatan emosional yang kuat di antara pasangan ( Kejadian 2:24 ).
Terlibat dalam ikatan ini di luar pernikahan dapat menyebabkan rasa sakit dan kebingungan emosional, karena hal ini mengikat kehidupan dengan cara yang mungkin tidak dapat dipertahankan, sehingga berpotensi menyebabkan patah hati dan tekanan emosional.
- Mengganggu Hubungan di Masa Depan
Seks tanpa komitmen dapat terbawa ke dalam hubungan di masa depan, menimbulkan masalah kepercayaan, kecemburuan, dan perbandingan. Beban emosional ini bisa sulit diatasi dan disembuhkan, sehingga memengaruhi kemampuan untuk sepenuhnya percaya dan terbuka dengan calon pasangan.
Sebagaimana nasihat Amsal 4:23 , menjaga hati sangatlah penting karena memengaruhi semua aspek kehidupan.
- Merusak Harga Diri
Melakukan hubungan seks tanpa komitmen, terutama dalam budaya yang seringkali mengobjektifikasi individu, dapat menyebabkan perasaan dimanfaatkan dan menurunnya harga diri. Perspektif Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang berharga dan diciptakan menurut gambar Allah ( Kejadian 1:27 ). Hubungan seks pranikah terkadang dapat menyebabkan perasaan dihargai hanya karena fisiknya, alih-alih keutuhannya.
- Risiko Konsekuensi Fisik
Meskipun masyarakat modern memiliki cara untuk mengurangi beberapa risiko fisik, seperti kehamilan dan penyakit menular seksual, tidak ada metode yang sepenuhnya aman.
Selain risiko fisik, Alkitab memperingatkan tentang konsekuensi rohani dan emosional dari amoralitas seksual. Ketakutan dan kecemasan akan potensi konsekuensi fisik juga dapat menyebabkan stres emosional dan spiritual.
Singkatnya, dari perspektif Kristen, seks pranikah tanpa komitmen dapat memiliki dampak spiritual, emosional, dan fisik yang mendalam terhadap kehidupan seseorang.
Ajaran Kristen menganjurkan kemurnian seksual bukan hanya sebagai aturan, tetapi sebagai jalan menuju kepuasan yang lebih dalam, hubungan yang lebih sehat, dan hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan, berdasarkan prinsip-prinsip kasih, komitmen, dan saling menghormati.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now