5 Cara Alkitab Memperlakukan Anak Yatim dan Para Janda Miskin
Daftar isi:
“Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya; Mari hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Matus 25:34
Pendahuluan: Siapakah “saudara-ku yang paling hina?”
Alkitab sering berbicara tentang orang-orang asing, orang yatim dan para janda. Kemungkinan tiga kelompok inilah yang Yesus rujuk sebagai “saudara-Ku yang paling hina ini” (Matius 25:40).
Orang asing pada zaman dulu adalah orang-orang yang harus meninggalkan negerinya mungkin karena bencana atau peperangan. Di zaman sekarang mungkin sama dengan para pengungsi yang mencari perlindungan.
Anak yatim adalah mereka yang kehilangan ayah karena peperangan, penyakit atau kecelakaan. Kelompok ini juga termasuk mereka yang memiliki ayah tapi ayah mereka tidak bersama dengan mereka, mungkin sedang dipenjara.
Sementara para janda adalah mereka yang telah kehilangan pasangan mereka karena alasan-alasan yang sama dengan para anak yatim.
Gereja dapat berperan untuk menolong orang asing, anak yatim dan para janda. Menolong orang miskin bukanlah sekedar pilihan.
Ini mengikuti teladan Yesus dan menuruti perintah-perintah-Nya.
1. Meresapi Hidup dan Pelayanan Yesus untuk orang miskin
Lukas 4:16-19; 7:19-23; Yesaya 61:1,2.
Ketika Yesus masuk ke Sinagog diawal pelayanan-Nya, Yesus diminta untuk membacakan gulungan Kitab Suci. Yesus membaca Yesaya 61:1,2.
Dalam ayat tersebut, pekerjaan utaman Mesias adalah membawa kelepasan bagi manusia yaitu kelepasan dari kuasa dan penderitaan akibat dosa.
Para pemimpin agama Yahudi telah mengabaikan nubuatan Yesaya tersebut. Yesaya 61:1,2 berbicara tentang Mesias yang menderita.
Mereka salah menerapkan nubuatan yang menunjuk pada kemuliaan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Kebanyakan orang percaya pada ide yang salah bahwa misi Mesias adalah untuk membebaskan orang Israel dari penakluk dan penindasnya, bangsa Roma.
Orang-orang miskin biasanya dipandang hina oleh para pejabat yang tidak bermoral seperti para pemungut pajak, pebisnis dan bahkan para tetangga.
Kemiskinan dianggap secara umum sebagai kutukan TUHAN dan kemiskinan itu pasti karena kesalahan orang yang miskin itu sendiri. Ini menyebabkan sedikit orang yang peduli kepada orang miskin.
Namun kasih Yesus kepada orang miskin adalah satu bukti terbesar Kemesiasan-Nya yang tampak.
Walau para murid sempat salah mengerti sifat kerajaan Kristus seperti keyakinan orang pada umumnya, yang mengira dia akan menduduki tahta kerajaan dunia.
2. Mengikuti aturan Tuhan memperlakukan orang miskin
Imamat 23:22; Ulangan 15:11.
Banyak ayat-ayat di Alkitab yang menjelaskan bagaimana memperlakukan orang miskin, para janda, orang asing dan anak-anak yatim.
Salah satu contohnya adalah setelah enam tahun masa menabur dan menuai maka tahun ketujuh ladang haruslah dibiarkan hasilnya untuk orang miskin (Keluaran 23:10).
Yang lain dicatat dalam Mazmur 82:3,4 bahwa keadilan harus diberikan kepada mereka yang lemah dan kepada anak yatim, orang sengsara harus dibela dan orang lemah dan miskin harus dilepaskan dari orang fasik.
Alkitab juga menekankan bahwa siapa yang memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan (Amsal 28:27).
Ini termasuk bagi seorang raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, takhtanya tetap kokoh untuk selamanya (Amsal 29:14).
Ayat yang lain menekankan bahwa mereka yang memperhatikan orang lemah akan berbahagia dan Tuhan akan meluputkannya dari celaka (Mazmur 41:2).
Pemikiran-pemikiran Alkitab ini bertentangan dengan pemikiran dunia di zaman modern yang justru menekankan tidak adanya tanggungjawab moral untuk membantu orang miskin.
Dunia justru mendorong seperti dalam teori Sosialisme Darwin bahwa yang kuat yang akan bertahan hidup dengan mengorbankan yang lemah.
Membantu orang miskin, yang sakit akan dianggap merugikan masyarakat karena tindakan seperti itu hanya akan menambah jumlah orang miskin dan yang berpenyakitan yang justru akan melemahkan tatanan sosial bangsa secara keseluruhan.
Namun Alkitab tidak mengajarkan hal itu. Barangsiapa yang melakukan sesuatu kepada orang miskin, anak yatim, orang asing, yang telanjang, dipenjara, yang lapar dan haus itu sama dengan sedang melakukannya kepada Yesus Kristus.
3. Jangan pelit terhadap orang miskin
Matius 19:16-22.
Orang muda yang kaya yang bertemu dengan Yesus adalah seorang pemimpin. Dia memiliki minat pada perkara-perkara rohani. Dia datang kepada Yesus.
Dia tertarik belajar mengenai kehidupan kekal. Yesus meminta orang muda yang kaya ini untuk menjual hartanya dan membagikannya kepada orang miskin setelah itu datang kepada Yesus dan mengikut Yesus.
Kemungkinan besar harta telah menjadi ilah bagi orang muda tersebut. Orang muda tersebut tidak mau menjual hartanya.
Dia meninggalkan Yesus dengan sedih. Yesus mengetahui bahwa dengan memisahkan dirinya dari harta akan membuka jalan baginya untuk memiliki harapan satu-satunya untuk selamat.
Orang muda ini begitu sangat mencintai hartanya. Yesus menawarkan kehidupan kekal dan satu tempat dalam lingkaran dalam Yesus seperti Yesus tawarkan kepada kedua belas muridnya. Yesus katakan “mari, ikutlah Aku.”
Orang muda ini telah menukarkan kekekalan dengan harta duniawinya.
Bila kita memilih sama seperti yang dilakukan oleh orang muda yang kaya ini, merupaka satu penipuan..
Karena kekayaan materi, yang harusnya dapat berikan kepada manusia sekarang, tidak menjadi berkat. Si empunya harta akan mati dan hartanya tidak akan dibawa pada kekekalan.
Sudah banyak fakta-fakta betapa menyedihkannya keadaan orang kaya. Kekayaan tidak dapat memuaskan.
Uang tidak dapat membeli kedamaian dan kebahagiaan apalagi keselamatan.
4. Murah hati kepada orang miskin
Lukas 19:1-10.
Zakheus adalah seorang Yahudi yang kaya yang menghasilkan uang dengan bekerja sebagai pemungut cukai untuk bangsa Romawi yang dibenci.
Zakheus dibenci dan disebut orang berdosa. Pertemuan antara Yesus dan Zakheus bukanlah kebetulan.
Zakheus datang menemui Yesus dengan satu keyakinan rohani dan kerinduan untuk membuat perubahan dalam kehidupannya.
Kata-kata Kristus pertama kepada Zakheus menyatakan bahwa bahkan sebelum memasuki kota Yerikho, Yesus telah mengetahui segalanya tentang Zakheus.
Zakheus dan orang Muda yang kaya memiliki beberapa persamaan. Keduanya orang kaya yang ingin melihat Yesus.
Keduanya menginginkan kehidupan kekal. Tetapi Zakheus mau memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin. Yesus menerima ekspresi ini sebagai bagian dari pengalaman pertobatan sejati.
Yesus tidak mengomentari keputusan Zakheus dengan berkata “mengapa hanya setengah?” Kemungkinan besar kekayaan bukanlah ilah bagi Zakheus meskipun kekayaannya besar.
Zakheuslah yang memulaikan pembicaraan terkait uang untuk diberikan kepada orang miskin.
Tetapi kepada orang muda yang kaya, Yesuslah yang memulaikan pembicaraan agar orang muda itu menjual hartanya dan memberikan semuanya kepada orang miskin.
Kelihatannya Zakheus memiliki kendali yang lebih baik terhadap kekayaannya.
Sekarang pernyataan Yesus tentang betapa susahnya orang kaya masuk ke dalam kerajaan surga terjawab sudah. Pernyataan ini sempat membuat para murid bingung.
Apa yang tidak mungkin bagi manusia mungkin bagi TUHAN. Dengan rahmat TUHAN, seorang kaya dapat masuk ke dalam kerajaan surga.
5. Inisiatif membantu orang miskin
Ayub 1:8; 29:12-16.
Ayub adalah seorang yang saleh, jujur dan benar. Pernyataan ini datang dari TUHAN sendiri. Tidak ada seorang pun di bumi pada waktu itu yang dapat menyamai ayub dalam kesalehen dan kejujuran.
Bahkan setelah Ayub menghadapi malapetaka demi malapetaka, TUHAN mengulangi apa yang Dia pertama kali katakan tentang Ayub bahwa tidak ada satu orang di bumi yang sama dengan Ayub, saleh, jujur meskipun Setan telah membujuk TUHAN untuk mencelakakan Ayub tanpa alasan.
Ayub tetap berpaut dan percaya kepada TUHAN meskipun dia mengalami banyak kesusahan. Ada aspek lain dari kehidupan Ayub terkait kasih dan perhatiannya kepada orang yang miskin.
Ayub 26:19 menyatakan bahwa “perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.”
Ayub tidak sekedar menunggu orang miskin datang kepadanya. Ayub proaktif mencari orang yang membutuhkan dan bertindak.
Jangan menunggu orang miskin untuk menarik perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka. Bertindaklah seperti Ayub.
Perkara yang dia tahu tidak dicarinya. Pergilah mencari dan pelajari apa yang dibutuhkan serta bagaimana cara terbaik menyediakannya.
Ini adalah level pengaturan keuangan dan penatalayanan atas sumber daya TUHAN yang melebihi praktik banyak anak-anak TUHAN.
Kesimpulan.
Bila seseorang membuka pintu terhadap orang-orang yang berkekurangan dan menderita, itu sama dengan sedang menyambut malaikat-malaikat yang tidak kelihatan. Ini berarti manusia sedang mengundang persahabatan dengan makhluk-makhluk surga.
Setiap perbuatan kemurahan menjelma menjadi music di surga. Bapa dari takhta-Nya menghitung para pekerja yang tidak mementingkan diri di antara harta-Nya yang paling berharga.
Misi Juruselamat mencakup bantuan rohani dan materi bagi mereka yang menderita secara finansial/Mengasihi dan membantu orang lain yang membutuhkan adalah satu perintah Ilahi bagi mereka yang mengikuti Juruselamat.
Kitab Suci mengajarkan umat-Nya untuk proaktif dalam amal karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari agama yang murni dan tidak tercemar.
Kasih kepada yang lemah membawa berkat Ilahi. Ketika seseorang membantu orang yang menderita, orang tersebut sedang membantu TUHAN dalam pribadi mereka yang membutuhkan.
Sama seperti menjadi setia dalam persepuluhan dan persembahan merupakan sebuah indikasi jalan kembali kepada TUHAN, membantu yang lemah dan kurang beruntung menunjukkan pengalaman spiritual yang otentik seperti yang ditunjukkan dalam pertobatan Zakheus.
Bantuan kepada orang miskin tidak boleh menimbulkan ketergantungan yang tidak perlu kepada orang yang memberikan bantuan dan harus berusaha untuk melindungi mereka dari ekspliotasi.
Rencana pemulihan dan rehabilitasi dibuat untuk pemberdayaan dan pengembangan individu.
Uang di tangan setiap orang percaya harus dibagi menjadi tiga bagian yang sama: pertama-tama TUHAN melalui persepuluhan dan persembahan, keluarga dan orang miskin.
Persepuluhan tidak boleh dianggap sebagai dana sosial, itu dikhususkan untuk satu maksud khusus.
Sumbangan orang Israel disebut dengan persepuluhan kedua dari semua penambahan yang disisihkan untuk biaya keagamaan dan amal.