5 Anak-Anak di Alkitab, yang Dapat Jadi Teladan Iman
Cerita tentang anak-anak dalam Alkitab banyak dituliskan. Masing-masing mereka memiliki peran dan tindaka yang menarik perhatian banyak orang. Dan cerita tentang mereka menjadi inspirasi bagi orang-orang percaya hingga kini.
Berikut 5 anak-anak yang menginspirasi dalam Alkitab
1. Yesus: Anak yang Cerdas (Lukas 2:41-52)
Pada umur yang masih sangat belia 12 tahun Yesus pergi ke Bait suci, meninggalkan ayah dan ibunya untuk duduk bersama alim ulama atau pemuka agama diskusi tentang banyak hal.
Anak seusia itu umumnya masih senang bermain dan hanya menerima pesan-pesan dari orang dewasa tanpa membantahnya atau beradu argumenasi, apalagi bila itu tentang agama.
Tetapi Yesus pada usia itu duduk dengan para rabi-pemuka agama. Dia tertarik perbincangan tentang agama dengan para rabi.
Dia tidak hanya mendengar pengajaran para rabi, tetapi juga mengujukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dan memberi penjelasan.
Walau dia masih belia, namun tingkat pemahaman teologisnya sudah tinggi. Bahkan apa yang dia terangkan melebihi pemahaman orang dewasa..
Itu sebabnya semua orang yang mendengar heran akan kecerdasannya, khususnya ketika Dia memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Terlepas dari dia adalah Tuhan, Yesus kecil seorang anak yang suka belajar. Hari-harinya diisi dengan belajar banyak hal, khususnya tentang kehendak Tuhan.
Secara perkembangan dia sempurna: Fisik, Mental, Spiritual dan Sosial. (Luk 2:52).
Poinnya: Usia anak-anak hingga 12 tahun adalah fondasi bagi pembangunan peribadi seorang anak secara holistik: Fisik, Mental, Rohani, Sosial.
Masa anak-anak adalah masa membangun kecerdasan pikiran seorang anak melalui penanaman Firman Allah.
2. Daud: Anak Pemberani, yang Mengandalkan Tuhan (1 Samuel 17:48-51)
Beberapa ahli percaya bahwa Daud berusia antara 10 dan 15 tahun, saat dia pergi ketempat pertempuran Israel melawan Filistin.
Ketika seluruh pasukan Israel terlalu takut untuk menyerang orang Filistin, anak muda ini pergi berperang, tanpa baju besi, dan menjatuhkan Goliath dengan satu ketapel.
Sebelum mengalahkan Goliat, dia telah mengalahkan Singa dan Beruang yang mengganggu ternaknya.
Kunci keberanian Daud kecil adalah imannya kepada perlindungan Tuhan.
“TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” 1 Sam 17:37.
Poinya: Keberanian seorang anak lahir dari kepercayaannya kepada Allah. Karena itu, maka kanak-kana adalah masa pembentukan iman dan karakter.
3. Gadis kecil Israel di Kerajaan Aram: Anak yang beriman dan penuh kasih (2 Raja-raja 5)
Hidup di negeri asing, gadis budak muda ini memiliki iman dan kasih yang luar biasa bagi orang lain.
Mengetahui bahwa tuannya Naaman—panglima tentara raja—menderita kusta, ia dengan berani memberi tahu istri tuannya bahwa nabi Elisa dapat menyembuhkannya.
Karena imannya itu, Namanya sampai ketelinga raja Aram. Naaman menuruti kata-katanya dan dia sembuh dari sakit kustanya. Dan Naaman menjadi percaya kepada Tuhan Israel.
Poinnya: Seorang anak yang beriman dan penuh kasih, akan menjadi juru injil kepada orang-orang yang tidak kenal Tuhan. Masa kanak-kanak adalah pembentukan iman dan kasih seorang anak.
4. Anak dengan 5 roti dan 2 ikan: Anak yang pemurah (Yohanes 6)
Saat ribuan orang mengikuti Yesus hingga mereka kelaparan karena mungkin persediaan bekal mereka telah habis.
Murid-murid telah menyerah lebih dahulu bahwa orang sebanyak ini mustahil dapat diberi makan.
Murid-murid menemukan seorang anak yang membawa bekal 5 roti dan 2 ikan. Itu adalah bekal untuk dirinya sendiri yang dia bawa dari rumah.
Namun ketika Yesus melihat bekal anak itu, dan anak itu memberikan kepada Yesus, dia memberkati bekal yang sedikit itu dan hasilnya, sekitar 20 ribu orang makan hingga kenyang. Bahkan ada sisa 12 bakul.
Poinnya: Kemurahan hati seorang anak telah mengenyangkan ribuan orang. Ditangan Tuhan, hal kecil dapat menjadi besar, ribuan kali lipat.
Masa kanak-kanak adalah pembentukan iman dan kemurahan hati untuk berbagi makanan.
5. Samuel: Anak Penurut yang tahan godaan (1 Samuel 3)
Didedikasikan untuk bait suci saat ia masih bayi, Samuel ditakdirkan untuk menjalani kehidupan yang luar biasa.
Saat ia masih kecil, Tuhan berbicara kepadanya untuk pertama kalinya. Saat ia bertumbuh, karunia kenabiannya meningkat—Tuhan tidak membiarkan “satu pun dari perkataan Samuel gagal” (ayat 19). Yang penting, Samuel-lah yang memilih Daud menjadi raja Israel.
Sejak anak-anak Samuel terbiasa melihat penyimpangan moral di Bait Suci oleh anak-anak imam Eli, tetapi Samuel tidak tergoda dan tetap menjaga iman dan moralnya.
Poinnya: Mendidik anak sejak dini untuk memiliki pertimbangan yang baik dan memilih yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan.