4 Pelajaran Rohani, Yesus Meredakan Badai di Matius 14:25-33

Baca Matius 14:25- 33
“Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut.
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Matius 14:25-27.
Hantu sesuatu yang dipercayai eksis. Banyak orang takut. Hantu dipercaya sebagai roh halus, dengan tampilan yang seram dan menakutkan.
Tapi tidak selamanya hantu seram. Beberapa orang yang pernah melihat roh halus ini mengaku melihat sosok cantik dan tampan.
Murid-murid Yesus juga nampaknya meyakini adanya hantu. Mereka juga terkejut dan takut kepada hantu.
Tetapi dimalam Ketika mereka terombang-ambing oleh ombak, bukan hantu beneran yang mereka lihat. Itu adalah Yesus.
Wajar memang. Siapa yang tidak terkejut, melihat ada sosok yang berjalan diatas air.
Sudah menjadi kepercayaan populer saat itu bahwa roh malam membawa bencana, yang mungkin menjelaskan mengapa mereka berteriak.
Para murid mungkin berpikir bahwa ada roh jahat yang mencoba mengganggu mereka.
Tidak jelas apakah kata hantu (phantasma) mengacu pada roh orang mati, malaikat, atau setan.
Mereka melihat dengan mata manusia bukan mata iman, dan bukannya melihat Manusia-Tuhan, mereka melihat hantu dalam bayangan.
Normal memang reaksi mereka. Dari sisi psikologis, mereka berada pada puncak tekanan hidup. Mereka sementara berjuang antara hidup dan mati diatas perahu.
Semua tenaga dan cara sudah dikerahkan untuk menstabilkan perahu mereka. Tenaga sudah habis, tidak adalagi yang bisa dilakukan. Mereka hanya menunggu kapan mereka akan tenggelam.
Pada puncak keletihan jiwa itu, disanalah Yesus muncul. Kemunculan-Nya pun tidak normal. Normalnya Yesus muncul juga dengan perahu. Tapi itu akan lama.
Situasi murid-murid sudah tidak normal. Maka cara mengatasi situasi itu harus dengan cara tidak normal.
“Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.”
Yesus datang tepat waktu. Disaat upaya para murid sudah maksimal. Di sini kita melihat Yesus melawan hukum gravitasi.
Dan itu merupakan manifestasi lain dari keilahian dan kemahakuasaan-Nya dan kendali-Nya atas ciptaan yang telah Dia ciptakan.
Dalam markus 6:48, Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.
Mereka melihat Yesus di tengah badai dan mereka menyebut Dia hantu. Mereka mengenali badai tetapi tidak mengenali Juruselamat.
Pertanyaan: Mengapa mereka tidak mengenali Yesus? Jawabannya adalah mereka tidak mencari Dia. Seandainya mereka menunggu dengan iman, mereka akan langsung mengenal Dia.
Sebaliknya, mereka melompat ke kesimpulan yang salah bahwa penampakan-Nya adalah hantu.
Intinya, rasa takut dan iman tidak bisa hidup dalam hati yang sama, karena rasa takut seringkali membutakan mata terhadap hadirat Tuhan.
Ada secercah harapan tetapi tidak mengenali Yesus. Mereka melihat cahaya tetapi kehilangan iman kepada Yesus.
Saat kita melihat cahaya kecil di langit badai hidup, kita sering memiliki reaksi yang sama seperti murid-murid.
Karena kita mencari api unggun, kita kehilangan lilinnya. Karena kita mengharapkan teriakan, kita kehilangan bisikan.
Tuhan sering datang dengan suara yang lembut dan tenang. Jadi, kalau kita berada di tengah badai, berhentilah dan dengarkan. Yesus dekat dengan kita saat badai hidup datang.
Dari sini kita melihat bahwa, sebenarnya badai yang lebih besar tidak terjadi di lautan tetapi di dalam jiwa para murid!
Yang membuat hidup mereka terombang-ambing adalah ketakutan mereka. Ketakutan itu membuat Yesus menjadi hantu bagi mereka.
Hal yang sama terjadi kepada kita. Ketakutan, kekuatiran, kita akan masalah-masalah hidup membuat mata rohani kita gelap. Dari pada melihat keselamatan kita melihat hantu.
Poinnya, Yesus mengetahui apa yang akan kita hadapi. Dia menginjikan kita berjuang menghadapi masalah kita semaksimal yang kita bisa lakukan.
Dalam hidup, Yesus menggunakan hal-hal yang kita takuti sebagai jalan untuk mendekati Tuhan.
Ombak membahayakan perahu, tetapi Yesus berjalan diatasnya. Mungkin dalam hidup ada keadaan yang kita takuti. Dan kita berada disana..
Tetapi melalui hal-hal inilah berkat terbesar dalam hidup kita akan datang, jika kita memandang kepada Kristus. Berkat itu adalah melihat dan mengalami mujizat Tuhan.
Pertolongan memang tidak selalu datang diawal. Sering diakhir. Itu pun setelah semua usaha sudah dikerahkan. Yesus muncul dan mengatakan “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Maka Ketika badai hidup menimpa kita. Milikilah iman. Percaya Yesus pegang kendali. Dia berjalan diatas badai hidup kita dan menginjaknya.
Karena itu, jika kita tidak ingin melihat Yesus sebagai hantu, berimanlah kepada-Nya saat badai datang.
Iman Petrus Lemah
Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.”
Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Matius 14:28-30.
Setelah mereka sadar bahwa itu bukan hantu. Itu Yesus. Petrus secara spontan berteriak. Tuhan, apabila itu engkau..
Kita tahu Pertrus orang yang tergesa-gesa. Dia sangat terburu nafsu. Dia adalah campuran dari iman yang besar dan keraguan yang besar.
Perhatikan kata yang dia gunakan, “Apabila atau jika..” menunjukkan dia ada sedikit keraguan bahwa itu adalah Yesus.
‘Jika’merupakan pernyataan bersyarat, dengan asumsi kalau benar. Atau dia ragu dan ingin bukti. Kemudian Yesus berkata, ‘datanglah’
Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya yang dilanda badai berjalan atau di laut. Mereka melihat keajaiban-keajaiban-Nya di tengah kesusahan mereka.
Maka sebuah penghiburan bagi mereka bila Yesus ada disana. Berjalan diatas air. Sehingga dengan cepat Petrus takjub bercampur bingung. Itu sebabnya dia ingin membuktikannya.
Yesus memerintahkan Petrus untuk datang kepada-Nya. Perkataan Tuhan Yesus ini merupakan salah satu perkataan yang paling indah di seluruh Kitab Suci. Dan Petrus percaya dengan kata-kata itu.
Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Petrus mengalami mujizat. Dia berjalan diatas air sama seperti Yesus. Apa yang Yesus bisa lakukan, dia juga bisa lakukan.
Dengan percaya dan ketaatan Petrus telah berjalan dari perahu di atas air dan mendekat kepada Yesus.
Petrus, keajaiban berjalan. Kita semua yang percaya dapat berjalan dalam keajaiban Yesus. Kita mungkin tidak berjalan di atas air seperti Petrus.
Tetapi kita dapat berjalan diatas Firman-Nya dan kasih karunia-Nya sertan Roh-Nya.
Kita sekarang dapat berjalan di atas tanah dengan cara yang layak bagi Tuhan untuk menyenangkan Bapa kita dalam segala hal.
Itu adalah mujizat yang bahkan lebih besar daripada berjalan di atas air dan itu adalah mujizat yang harus kita alami setiap hari, yaitu berjalan dalam kasih karunia-Nya dan untuk kemuliaan-Nya.
Sementara Petrus masih berjalan diatas air, sesuatu terjadi kepadanya. Dia mulai tenggelam. Dia benar-benar tidak penuh berjalan diatas air.
Pengalaman itu hanya sesaat. Karena, ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia..
Itu karena dia mengalihkan pandangannya dari Yesus kepada melihat angin. Sebelumnya fokusnya adalah Yesus. Tetapi secara tiba-tiba dia berubah fokus kepada angin dan ombak.
Ada pepatah mengatakan, “Ada tiga cara untuk melihat. Jika Anda ingin celaka, lihatlah ke dalam; jika Anda ingin terganggu, lihat sekeliling; tetapi jika Anda menginginkan kedamaian, lihatlah ke atas.”
Nah, Petrus memalingkan wajahnya dari Kristus, karena itu dia mulai tenggelam. Dia memiliki firman Tuhan yang kekal..
Firman itu adalah pijakan yang pasti, dan lebih baik daripada pualam, granit, atau besi; tetapi saat dia mengalihkan pandangan dari Kristus, dia mulai tenggelam.
Kita melihat keberanian dan percaya Petrus saat dia memandang kepada Yesus. Saat dia mengimani kata Yesus untuk datang berjalan diatas air. Dia berhasil dan berjalan diatas air.
Tapi tiba-tiba ada iman Petrus hancur saat dia menyadari angin dan laut yang mengamuk. Dia mengalihkan pandangannya dari Tuhan dan memusatkannya pada keadaannya.
Iman mati dan ketakutan muncul. Hubungan dari sumber kuasa terputus dan Petrus mulai tenggelam.
Tetapi masih ada harapan. Yesus tidak membiarkan Petrus binasa. Petrus mengarahkan pandangannya sekali lagi kepada Guru dan berseru, “Tuhan, tolonglah aku”
Tolong aku adalah perintah sekarang artinya “Lakukan sekarang!” “Jangan tunda!” “Saya sangat membutuhkan!”
Ada satu satu pelajaran yang penting pada bagian ini. Kita berada dalam badai hidup dan kita memiliki Juruselamat dalam badai itu.
Ketika, di tengah badai, kita fokus pada badai, kita tenggelam di bawahnya. Ketika, di tengah badai, kita berfokus pada Juruselamat, kita bangkit mengatasinya.
Iman Petrus yang goyah tersebut kita bisa melihat bagaimana proses pemuridan itu berlangsung. Kita harus memiliki iman untuk mendapatkan kuasa.
Tetapi seringkali kita tersandung dan gagal untuk memahaminya sepenuhnya iman itu. Ketika iman Petrus goyah, dia mengulurkan tangan kepada Kristus, satu-satunya yang dapat membantu.
Dia takut, tetapi dia masih memandang kepada Kristus.
Poinnya, ketika kita khawatir tentang masalah di sekitar kita dan meragukan kehadiran dan kemampuan Kristus untuk menolong, ingatlah bahwa hanya Yesus yang dapat menolong.
Karena itu pandang terus kepada Yesus. Badai akan ada disekitar kita, tetapi jangan fokus kepada badai. Fokuslah kepada Yesus sebagai Tuhan ada badai.
Maka kita akan dapat berjalan diatas badai bersama dengan Yesus dan kita tidak akan tenggelam.
Kita akan menginjak-injak semua masalah hidup kita, sebagai tanda bahwa itu tidak akan menenggelamkan hidup kita.
Hampir Tenggelam
“Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun redalah.
Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Matius 14:31-33
Tadinya sangat bangga. Tiba-tiba merasa sangat malu. Boleh jadi hal itu dirasakan Petrus. Bangga berjalan diatas air.
Satu pengalaman yang langka. Bahkan murid lain tidak pernah dapat kesempatan merasakan berjalan diatas air.
Sementara mendapat kesempatan mengalami mujizat, entah apa yang terjadi, dia tiba-tiba terperosok kedalam air. Dia mulai tenggelam.
Tiupan angin yang berhembus kencang itu yang membuat dia tiba-tiba mengalihkan pandangannya kepada Yesus dan beralih kepada angin.
Memandang Yesus mujizat terjadi. Memandang angin (masalah) mujizat lenyap.
Walau Petrus mengalihkan pandangannya, Yesus bekerja untuk mengubah kembali iman, pandangan Petrus, supaya dia terus fokus kepada Yesus.
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Yesus tidak terlambat menolong Petrus. Selagi menyangkut keselamatannya, Yesus tidak menunda, seperti yang Dia lakukan kepada mereka sewaktu ditimpa angin dalam perahu.
Perhatikan bagaimana cara Yesus menolong Petrus. Dia mengulurkan tangan-Nya dan memegang tangan Petrus. Itua adalah pegangan yang tepat, sebelum Petrus tenggelam.
Ketika Petrus akan tenggelam, tangannya terangkat kepada Yesus. tangan yang terangkat adalah tanda penyerahan bahwa dia tidak mampu menyelamatkan dirinya.
Seperti halnya Petrus, kita mungkin hampir tenggelam dalam beratnya badai hidup. Namun sering kita bertahan dengan mengandalkan kemampuan kita.
Angkatlah tanganmu kepada Yesus. Menyerahlah, maka tangan Yesus akan terulur memegang tangan kita.
Ini adalah pelajaran iman. Yang perlu kita lakukan hanyalah mengulurkan tangan kepada Yesus. Dia akan menyelamatkan kita dalam badai.
Badai mungkin masih mengamuk, tetapi kita aman saat berada di tangan Yesus!
Meskipun Petrus basah kuyup karena masuk dalam air, tetapi dia menjadi lebih bijak dalam hidupnya. Pengalaman itu membuat dia bertumbuh dalam iman.
Sementara Yesus mengulurkan tangan-Nya, dia berkata kepada Petrus, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Yesus tidak mengatakan Petrus tidak beriman. Dia kurang percaya. Petrus memiliki iman tetapi itu adalah iman yang kecil.
Iman yang kecil itu untuk sesaat memungkinkan dia menang atas gelombang yang mengamuk. Tapi sekali lagi itu cuma sesaat. Dia tidak benar-benar dapat bertahan diatas air.
Jadi, ini akan menjadi pengalaman yang dia tidak akan lupakan seumur hidupnya.
Selain kurang iman, Yesus juga mengatakan dia sebagai orang yang bimbang. Tatapi disini Yesus mengatakan dalam bentuk pertanyaan..
Kata bimbang disini dari kata kerja diatazo. Dari kata dis yaitu dua arah – gambar-gambar goyah di sana-sini.
Artinya adalah kurang percaya diri, berpikir bahwa sesuatu mungkin tidak benar atau pasti, ragu-ragu. Tidak pasti.
Diatazo adalah kata kiasan yang diambil dari seseorang yang berdiri di mana dua jalan bertemu dan tidak tahu mana yang harus dipilih.
Dalam situasi itu, kadang-kadang condong ke jalan satu tetapi juga ke jalan lain. Itu adalah gambaran tentang bimbang.
Jadi Ketika Yesus katakan,”Hai orang yang kurang percaya..” itu karena Petrus berada dalam kebimbangan. Karena sementara dia berjalan diatas air, hatinya mendua.
Satu sisi dia melihat Yesus, sisi lain dia lihat angin. Dia percaya kepada Yesus, sisi lain dia takut kepada angin dan gelombang. Imannya berada dipersimpangan.
Iman yang seperti itu adalah kurang. Kurang iman. Karena Iman yang terbagi. Sekiranya Petrus penuh beriman kepada Yesus, maka dia tidak akan tenggelam.
Karena itu, Yesus menegur dan memberitahukan imannya yang lemah meskipun imannya lebih kuat daripada murid-murid lain yang tetap berada di perahu.
Yesus menggunakan teguran ini untuk membantu Petrus dan para murid lainnya untuk melihat bahwa iman yang penuh kepada-Nya diperlukan untuk menghadapi bahaya.
Petrus menjadi contoh yang baik sekaligus buruk. Yesus menyelamatkannya sebagaimana Allah telah menyelamatkan banyak orang lain dari tenggelam.
“Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir.” Mazmur 18:16.
Tanggapan langsung Yesus menunjukkan kepada Petrus bahwa penopang dan kuasa ilahi hadir pada saat ujian.
Petrus telah mengalihkan pandangannya dari Kristus dan malah berfokus pada situasinya.
Pertanyaan Yesus berfokus pada mengapa Petrus membiarkan angin dan ombak mengalahkan imannya. Keraguannya kepada Yesus menjadi kejatuhannya.
Pertanyaan yang sama juga ditanyakan kepada kita. Mengapa engkau bimbang hai orang yang kurang percaya!
Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun redalah. Bagaimana cara Petrus menuju perahu? Kemungkinan dia berjalan diatas air bersama Yesus.
Ini menunjukkan, Yesus tidak mempermalukan Petrus. Ketika dia percaya penuh kepada Yesus, kembali dia mengalami mujizat.
Dan yang paling penting, angin reda atau berhenti. Angin berhenti karena kehendak Yesus.
Ciptaan mematuhi Penciptanya! Apa yang Sang Pencipta ciptakan, Dia kendalikan! Tuhan berada di belakang layar dan mengendalikan layar.
Poinnya, Yesus adalah Tuhan atas semua permasalah hidup kita. Persoalan kita dalam menghadapi segala jenis badai hidup adalah kita kurang iman.
Kurang iman membuat kita bimbang. Iman kita terbagi. Pada Yesus dan pada masalah. Akhirnya kita hampir tenggelam.
Ingat, pengalaman Petrus, jika ingin selamat dari badai, percaya penuh kepada-Nya. Jika kita hampir tenggelam, angkat tanganmu kepada Yesus. Menyerahlah kepada kuasa-Nya.
Kita akan berjalan bersama Yesus menuju perahu keselamatan kita. Pada waktu yang tepat badai akan berlalu dan hidup kita akan tenang.
Kita perlu mempercayai Dia bahkan ketika kita tidak dapat melihat Dia secara fisik di samping kita.
Baca Juga:
Menunda tapi tidak Terlambat (Matius 14:24)
Pelajaran Iman dari 5 Roti dan 2 Ikan
Badai Pemahaman Baru
Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Matius 14:33
Sudah terlalu banyak mujizat yang mereka saksikan. Sehari sebelumnya mujizat 5 roti dan 2 ikan. Dihari hari sebelumnya kesemnbuhan orang sakit, dll.
Pengakuan itu seharusnya sudah sejak lama. Namun, kelihatannya mereka memerlukan waktu dan mujizat yang lebih banyak.
Takluknya angin ribut kepada perintah Yesus, mungkin puncak dari kekaguman mereka terhadap Yesus.
Sehingga 12 murid itu menyembah Yesus. Menyembah adalah respon yang tepat untuk Yesus yang baru saja berjalan di atas air dan masuk ke dalam perahu!
Mujizat telah dilakukan untuk membawa mereka pada kesadaran tentang identitas Yesus. Semuanya telah dirancang untuk membawa mereka ke kaki-Nya dalam penyembahan.
Mereka membuat pengakuan, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”
Banyak mujizat Yesus telah disaksikan oleh orang banyak, tetapi mereka tidak membuat pengakuan seperti para murid.
Masih ingat waktu Yesus bertanya kepada mereka tentang siapakah dia menurut orang banyak? Ada yang bilang Yohanes, Elia, nabi dll.. (Mat 16:16)
Dan diatas perahu ini, untuk pertama kali mereka membuat pengakuan serius bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Karena itu, badai telah membawa pemahaman baru dalam pikiran mereka. Yesus adalah Allah.
Oleh sebab itu, setiap badai hidup yang menerpa kita, harus menambah pengetahuan kita tentang Tuhan dan terutama memberikan penyembahan yang layak kepada-Nya.
Jadi, beberapa pelajaran penting dapat dipetik dari kisah ini:
(a) Keberanian timbul karena mengetahui bahwa Yesus hadir.
(b) Jawaban terhadap rasa takut adalah iman, dan iman paling baik ditempatkan pada Dia (Yesus) yang dikenal sebagai Alfa dan Omega.
(c) Keraguan adalah bukti dari pikiran yang terbagi.
(d) Mengakui keilahian Yesus sebagai anak Allah adalah bukti iman.
Kesimpulannya, Yesus mengetahui badai hidup yang akan kita hadapi dimasa depan. Jangan takut. Percaya penuh pada-Nya.
Jangan fokus pada masalah, fokuslah kepada Yesus, yang adalah Tuhan atas badai. Dia mengendalikan semua.
Dia sanggup menolong kita dan membuat kita berjalan diatas masalah-masalah kita. Sehingga perahu hidup kita akan teduh – tenang.
Diatas semuanya, berikan penyembahan yang layak kepada-Nya.