Pastordepan Media Ministry
Beranda Renungan 3 Penyebab Seseorang tidak bisa Kawin di Matius 19:10-12

3 Penyebab Seseorang tidak bisa Kawin di Matius 19:10-12

Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Matius 19:10

Orang-orang farisi yang memiliki pandangan liberal tentang perceraian tidak berkutik dengan penjelasan Yesus. Mereka terdiam dan panas hati, karena tidak sesuai dengan harapan mereka.

Mereka pergi dengan sangat marah, karena mereka tidak berhasil menjadikan Yesus bertentangan dengan Musa.

Justru sebaliknya, Yesus telah berhasil menunjukkan bahwa mereka sendiri dikutuk oleh Musa dalam perceraian mereka yang tidak sah dan akibat perzinahan mereka.

Sekarang, Yesus pulang kerumah dan sendirian bersama para murid (Markus 10:10). Sekarang mereka duduk dan mengomentari mengomentari apa yang baru saja Yesus terangkan.

Mungkin saja para murid itu telah lama dibingungkan dengan pandangan para orang Farisi tentang perceraian yang sangat liberal.

Mereka mungkin berpikir betapa rumitnya pernikahan itu. Itu sebabnya mereka bertanya, “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.”

Para murid itu tumbuh dan besar dimana budaya perceraian merajalela. Sebagian besar disebabkan oleh ajaran kerabian yang tidak hanya memperbolehkan tetapi bahkan mengharuskan perceraian dengan alasan apa pun.

Karena itu, mereka menjadi sangat bingung Ketika Yesus mengajarkan hal yang berbeda dengan ajaran para rabi.

Banyak orang Yahudi menganggap perceraian sebagai suatu kebajikan yang hampir setara dengan pernikahan itu sendiri.

Di antara tulisan para rabi di Talmud, mereka mengatakan, “Istri yang buruk bagaikan penyakit kusta bagi suaminya. Apa obatnya? Biarkan dia menceraikannya dan sembuh dari penyakit kustanya.”

Rabi lain menulis, “Jika seorang laki-laki mempunyai istri yang buruk, menceraikannya merupakan kewajiban agama.”

Nah, coba perhatikan pandangan para rabi ini…mereka mendorong perceraian. Maka tidak heran bila banyak orang-orang bercerai saat itu, karena dorongan tulisan para rabi.

Sekarang murid-murid melihat perbedaan ajaran para rabi dan ajaran Yesus dalam hal perceraian. Mereka sangat terkejut. Seumur hidup baru kali ini mereka paham ajaran yang benar.

Karena mungkin saja mereka memandang pernikahan seperti kebanyakan laki-laki Yahudi lainnya, yaitu bila ada masalah dalam pernikahan, maka perceraian jalan keluarnya.

Tetapi jika perzinahan menjadi satu-satunya alasan dibenarkannya bercerai, maka mereka menyimpulkan, lebih baik tidak menikah.

Karena perceraian menjadi sangat sulit. Sementara dalam praktek selama ini perceraian sangat mudah, bahkan untuk kesalahan sepele perceraian dibenarkan..

Itu sebabnya mereka katakan, lebih baik tidak menikah..

Tetapi sekarang, mereka menyadari bahwa ajaran Yesus sangat jelas, bahwa pernikahan adalah komitmen seumur hidup yang secara sah dapat diputuskan hanya dengan kematian atau perzinahan, dan bahkan perzinahan tidak memerlukan perceraian.

Mereka kesulitan menerima gagasan komitmen pernikahan seumur hidup karena pandangan yang ada tentang pernikahan dangkal dan tidak alkitabiah.

Sekiranya mereka lebih memperhatikan Firman Allah daripada tradisi kerabian (lih. Mat 15:6), mereka akan menyadari bahwa Allah menetapkan pernikahan sebagai Lembaga Ilahi yang menyenangkan, penuh sukacita, dan memuaskan.

“Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.” Amsal 18:22.

“Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.” Amsal 5:18-19.

Banyak pria Yahudi yang memandang pernikahan hanya sebagai sarana untuk memuaskan nafsu mereka sendiri dan untuk memenuhi tujuan mereka sendiri.

Seperti halnya orang Yahudi jaman Yesus, banyak orang jaman ini yang memandang pernikahan sebagai Lembaga manusia. Dapat diakhiri kapan saja.

Banyak orang saat ini, termasuk orang-orang Kristen, hanya tahu sedikit tentang kasih yang memberi diri sendiri, berkomitmen, dan rela berkorban yang menyatukan dua jiwa untuk berbagi dan kebahagiaan seumur hidup.

Persahabatan yang kaya, mendalam dan bermakna, hanya bisa dihasilkan oleh cinta yang memberi, berkorban, komitmen..

Tetapi persahabatan seperti itu mereka tidak temukan karena mereka memilih persahabatan yang murahan dan dangkal yang berfluktuasi sesuai suasana hati..

Dan akhirnya pernikahan itu mengecewakan dan berumur pendek.

Suatu hubungan yang dibangun hanya berdasarkan emosi menyenangkan dan perasaan baik akan segera mati..

Karena emosi dan perasaan tersebut dibangun berdasarkan keadaan dan harapan yang dangkal dan egois.

Tetapi, hubungan yang dibangun di atas komitmen yang penuh kasih dan kepedulian terhadap orang lain akan menghasilkan emosi dan perasaan yang tumbuh semakin kaya dan memuaskan setiap tahunnya.

Seperti para murid, sebagian orang Kristen saat ini tampaknya takut bahwa komitmen seumur hidup dan tanpa syarat akan membuat mereka menjalani kehidupan yang penuh kebosanan dan pembatasan yang membuat frustrasi.

Karena itu mereka katakan, lebih baik tidak menikah..

Jangan menghindari pernikahan. Bila pernikahan kita ingin langgeng sampai maut memisahkan..

Maka komitmen seumur hidup dan cinta adalah hal yang membuat pernikahan paling memuaskan dan diinginkan.

Baca Juga

Apakah diperbolehkan bercerai dengan alasan apa saja?

Penyebab Musa memerintahkan surat cerai

Alasan perceraian menurut Yesus di Matius 19:8-9

3 Keuntungan dan kekurangan hidup melajang

10 Langkah mengatasi masalah rumah tangga

Karunia tidak Menikah

Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.”

Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.

Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” Matius 19:10-12

Sulitnya bercerai membuat para murid heran dan bertanya, kalau begitu lebih baik tidak menikah? Atau hidup sendiri..

Itu karena pandangan mereka tentang pernikahan, seperti pandangan rekan-rekan Yahudi mereka, berfokusnya hana pada kepuasan yang egois dan dangkal.

Itu sebabnya mereka menyimpulkan bahwa hidup melajang sendirian lebih baik daripada pernikahan yang berisiko.

Yesus mengingatkan mereka bahwa tidak semua orang dapat menerima atau mengerti pernyataan ini, tetapi hanya mereka yang telah diberi pernyataan tersebut.

Hidup melajang punya masalah dan godaannya sendiri, dan tidak semua orang mampu menjalani kehidupan lajang yang saleh.

Kata mengerti dalam terjemahan lain adalah menerima, berasal dari kata chōreō, yang ide dasar untuk memberikan ruang atau spasi bagi sesuatu.

Secara kiasan artinya merangkul secara utuh suatu gagasan atau prinsip dengan hati dan pikiran sehingga terwujud menjadi bagian dari sifat alami seseorang.

Artinya, kelajangan atau hidup sendiri tidak bisa diterima dengan sepenuh hati hanya dengan kemauan atau ketulusan manusia.

Hidup membujang adalah semacam karunia rohani (1 Kor. 7:7), dan hanya mereka yang telah diberi, yang secara rohani dapat bertahan hidup melajang dan menemukan kebahagiaan serta efektif dalam pelayanan Tuhan.

Banyak orang Kristen yang hidup melajang menanggung rasa frustrasi, godaan, dan kesepian, mereka dengan sengaja menghindari pernikahan.

Didunia yang sibuk sekarang ini, banyak orang-orang muda yang dengan sengaja menghindari pernikahan dengan berbagai alasan.

Sebagian beralasan sibuk dan tidak ada waktu. Sebagian karena merasa pernikahan sebagai penjara relasional. Sebagian lagi beralasan takut pernikahan gagal, dll..

Selain itu ada yang merasa pernikahan sebagai gangguan terhadap dunia mereka. Dengan adanya pasangan itu membatasi ambisi dan kesenangan pribadi mereka.

Yang lain mungkin mencari pasangan yang sempurna, yang mereka pikir dapat memenuhi setiap detail visi mereka tentang suami atau istri yang sempurna.

Sebagian lagi tidak menikah karena alasan keyakinan..

Mereka memiliki keyakinan keliru bahwa hidup selibat ada manfaat rohaninya dan memilih hidup melajang sebagai cara untuk mendapatkan perkenanan Tuhan melalui pengorbanan diri.

Namun kehidupan melajang yang didasarkan pada alasan-alasan seperti itu akan membawa seseorang pada kehidupan yang penuh kekecewaan dan rasa tidak puas.

Yesus kemudian menyebutkan hanya tiga kategori di mana kehidupan melajang dapat berhasil.

Pertama adalah orang kasim yang dilahirkan seperti itu dari rahim ibu mereka. Dalam bahasa aslinya itu disebutkan, yaitu eunouchos. Dalam bahasa inggris eunuch.

Eunuch artinya orang kasim. Orang kasim adalah laki-laki yang telah dikebiri, sehingga mereka kehilangan kesuburannnya, karena buah zakarnya telah dibuang, (Sengaja atau karena kecelakaan).

Tetapi orang kasim yang disebutkan Yesus adalah mereka yang lahir dengan bawaan seperti itu. Ada masalah atau cacat bawaan dibagian kelamin mereka..

Sehingga kapasitas seksual mereka tidak dapat berkembang atau mereka tidak dapat melakukan hubungan seksual.

Sementara dalam pernikahan, seks itu memiliki tiga fungsi, yaitu untuk menghasilkan keturunan, untuk keintiman dan kesenangan.

Seks adalah karunia Tuhan bagi manusia dan dinikmati dalam pernikahan. Orang-orang yang terlahir dengan cacat bawaan seperti kasim tidak dapat memenuhi ketiga fungsi itu..

Nah, orang seperti ini sulit menikah dan melajang adalah yang terbaik.

Kedua adalah kasim yang dijadikan kasim oleh orang lain. Seperti jaman kuno dulu, penjaga harem laki-laki dikebiri.

Mereka para hamba atau budak biasanya dikebiri untuk menjadikan mereka pelayan yang aman di istana kerajaan.

Dalam beberapa agama kuno, pengebirian dianggap sebagai cara untuk menyenangkan dan melayani dewa kafir mereka..

Dan orang tua terkadang bahkan menyuruh bayi laki-laki mereka dikebiri untuk tujuan tersebut.

Jelas, laki-laki yang telah dikebiri tidak memiliki hasrat normal terhadap seorang wanita. Dan lebih baik hidup melajang.

Ketiga adalah mereka sengaja tidak menikah karena keinginan sendiri demi kerajaan Sorga. Berbeda dengan dua kasim sebelumnya. Kalau ini dia memilih jadi kasim, tetapi bukan karena fisik yang catat.

Yesus sedang berbicara tentang hidup selibat sukarela dari mereka yang diberi karunia oleh Allah (ayat 11).

Dalam hal ini, selibat memang bisa demi kerajaan Allah dan itu berkenaan kepada Tuhan, dan Tuhan dapat gunakan dia untuk tujuan Tuhan.

Misalnya Paulus, dia memiliki karunia selibat. Dia menasehati orang yang memiliki karunia itu untuk puas dengan karunia itu dan menggunakannya untuk kemuliaan Allah. (1 Kor. 7:32-34).

Jadi, perkataan Yesus, “Sapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti..”

Di dalam pengertian yang paling sempit dan spesifik, Yesus katakan bahwa mereka yang karena anugerah Tuhan mampu menerima kehidupan membujang harus menerimanya sebagai kehendak Tuhan bagi mereka.

Karena itu hidup melajang akan berhasil dengan tiga kategori diatas. Bila Anda bukan orang kasim dan tidak punya karunia selibat, maka menikahlah.

Karena Allah mengatajan, “Tidak baik manusia itu seorang diri saja..” Pengkotbah juga katakan, “berdua lebih baik dari pada seorang diri..” (Pengk 4:9)

Milikilah pandangan yang benar tentang pernikahan. Pernikahan adalah Lembaga Ilahi, permanen dan dijamin oleh Allah. Tidak ada perceraian.

“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan