Pastordepan Media Ministry
Beranda Artikel 3 Cara Belajar Alkitab Induktif Untuk Meditasi Alkitab

3 Cara Belajar Alkitab Induktif Untuk Meditasi Alkitab

Belajar Alkitab inductive

Melanjutkan tulisan sebelumnya mengenai meditasi Alkitab, yang mana kaitanya dengan belajar Alkitab.

Maka saya memperkenalkan Belajar Alkitab Induktif.

Dari beberapa laporan orang-orang percaya bahwa mereka kurang memahami bagaimana mempelajari Alkitab. Mereka baru tiba pada tahap membaca saja dan itupun hanya sekedar membaca.

Seseorang mengatakan, “saya sekedar membaca dan membaca saja terlepas saya mengerti atau tidak artinya.”

Ya, mau membaca saja itu sudah satu Langkah maju. Sebab orang yang membaca akan dituntun untuk mengerti maksudnya, karena Roh Kudus akan memberikan penerangan.

Namun karena Alkitab ini adalah tulisan kuno, ditulis pada jaman yang jauh dari kita, budaya yang berbeda dari kita, bahasa berbeda dari kita. Sehingga ada gap atau jarak yang harus diatasi.

Karena itu diperlukan kaidah dalam belajar alkitab supaya arti dan maknanya benar. Sesuai dengan maksud sipemberi pesan yaitu Tuhan sendiri.

Kita tahu sumber kebenaran dalam Alkitab adalah Tuhan. Sekitar 40 orang para penulis Alkitab menerima ilham mereka dari Allah.

Bagaimana supaya pesan yang mereka tuliskan sampai kepada kita dan relevan pada zaman kita saat ini sering tergantung bagaimana cara kita mempelajari Alkitab, dan penerimaan kita terhadap Firman-Nya.

Bagi Sebagian orang, Alkitab Sudah kuno dan tidak ada lagi relevansinya untuk manusia modern dengan teknologi yang sudah sangat maju ini.

Tetapi bagi yang masih mempercayai Alkitab, yang keberadaanya tidak lekang oleh waktu, akan menerima-Nya sebagai penuntun hidup yang abadi,

Kaidah mempelajari Alkitab tidak sulit. Jangan pikirkan segudang ilmu hermeneutik, yang dipelajari dikelas-kelas Sekolah Teologi itu.

Tentu akan bagus jika punya waktu belajar seperti mereka.

Namun kita ingin cara yang lebih sederhana dan lebih praktis tanpa dibebani dengan istilah-istilah yang menghafalkannya mungkin susah.

3 Formula Belajar Alkitab

Karena itu saya akan memberikan cara yang mungkin sederhana, bagaimana mempelajari Alkitab.

Saya berikan formula 3 M yaitu Mengamati, Mengartikan (Menafsirkan) dan Mengaplikasikan.

Mengamati (observasi) adalah Apa yang saya lihat?

Mengartikan (menafsirkan) adalah Apa artinya itu?

Mengaplikasikan adalah Bagaimana menghidupkannya.

Tujuan dari ketiga Fomula ini adalah mengubah hidup.

Alkitab katakan, “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.” 2 Petrus 3:18.

Bagaimana cara mengamati? Yaitu Apa yang saya lihat?

Percakapan antara Andi dan Rudi berikut ini memberikan gambaran cara mengamati.

Andi: “Seberapa sering anda melihat tangga yang mengarah keruangan aula ini?”

Rudi: “Sering.”

Andi: “Seberapa sering?”

Rudi: “Yah, sudah ratusan kali.”

Andi: “Lalu ada berapa?”

Rudi: “Berapa banyak? Saya tidak tahu.”

Andi: “Benar sekali! Anda telah melihat namun anda belum mengamati. Itu poin saya. Sekarang, saya tahu bahwa ada tujuh belas tangga, karena saya telah melihat dan mengamati”

Jadi disini, melihat belum tentu mengamati. Namun mengamati sudah pasti melihat.

Amati ayat atau perikop yang kita baca. Ketahui apa ceritanya.

Setelah mengamati. Bersiap untuk menggali menemukan Harta Karun yang Tak Ternilai. Dengan mengartikan. Apa artinya?

Konteks

Periksa konteksnya, yaitu ayat sebelumnya dan sesudahnya. Bahkan konteks perikop dan konteks seluruh Alkitab.

Gunakan percakapan seperti seorang reporter surat kabar: Siapa? Apa? Dimana? Kapan? Mengapa? dan Bagaimana?

Kemudian temukan kata kunci atau frasa yang penting. Buat daftar kata atau frasa yang penting.

Konteks adalah lingkungan di mana sesuatu hidup. Konteks adalah teks yang muncul sebelum dan sesudah teks Alkitab yang sedang kita pelajari.

Setiap kali kita masuk ke tengah suatu perikop, kita selalu perlu memeriksa konteksnya.

Ingatlah selalu bahwa konteks adalah raja dalam ranah penafsiran Alkitab.

Sebuah teks Alkitab yang diambil di luar konteks bisa menjadi dalih yang berbahaya (= alasan yang diberikan untuk menyembunyikan alasan sebenarnya untuk melakukan sesuatu).

Setiap sekte/sempalan dibangun di atas pelanggaran prinsip dasar menafsirkan Kitab Suci dalam konteksnya.

Percakapan

Setelah kita memeriksa konteksnya sekarang kita membuat percakapan dengan Tuhan. Kembangkan pola pikir penyelidikan atau interogasi, dengan 5 W dan 1 H.

Siapa yang berbicara? Siapa penerimanya?

Apa yang diulang? Apa yang terjadi?

Di mana ini berlangsung?

Mengapa ini disebutkan sekarang?

Kapan atau akankah ini terjadi?

Bagaimana kebenaran digambarkan?

Apa yang saya pelajari tentang Tuhan?

Jangan pernah membaca sebuah bagian tanpa menanyakan setidaknya satu pertanyaan 5W/H!

Cara belajar interaktif adalah dasar dalam memahami kebenaran

Sebuah studi menyimpulkan bahwa kita mengingat…

1) 10% Dari apa yang kita baca

2) 20% Dari apa yang kita dengar

3) 30% Dari apa yang kita lihat diperagakan.

4) 50% Menggabungkan no 2 dan no 3

5) 70% menggabungkan no 4 dengan menulis apa yang kita pelajari.

6) 90% menggabungkannSemua no di atas ditambah dengan Latihan atau praktek.

Semakin banyak kita berinteraksi dengan Kitab Suci terutama dengan berlatih menginterogasi atau menyelidiki teks dengan 5W & H, semakin besar ingatan kita dan pemahaman kita terhadap teks.

Sebuah petapah mengatakan, “Saya mendengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya ingat. Saya lakukan dan saya mengerti.”

Praktek

Baik, sekarang kita praktekkan cara menginterogasi atau menyelidiki Firman TUhan dengan pertanyaan 5 W dan 1 H.

Yohanes 7:1

Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.

Siapa? Yesus. Perhatikan hal-hal yang jelas disebutkan dalam Ayat: orang-orang, tempat, peristiwa.

Kapan? Sesudah itu. Tanyakan kapan waktunya itu.

Apa? Apa artinya sesuah itu? Periksa konteksnya.

Dimana? Berjalan keliling Galilea (bukan Yudea). Periksa peta.

Mengapa? Tidak ingin tinggal di Yudea. Untuk menjelaskan tujuan.

Mengapa bukan di Yudea? Karena Orang Yahudi ingin membunuh Dia.

Contoh kedua

2 Timotius 1:10-12.

10 dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.

11 Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.

12 Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.

Ambil waktu untuk menyelidiki dengan banyak 5W dan 1H sebanyak yang bisa kita kumpulkan.

Misalnya, Apa yang dikontraskan oleh Paulus?

Kapan “sekarang” itu?

Apa yang dicapai oleh kedatangan Yesus?

Apakah Injil itu?

Mengapa Paulus menderita?

“Hal” apa yang dia derita?

Kenapa dia tidak malu?

Siapa yang dia ketahui?

Apa yang dia ketahui tentang Dia?

Bagaimana dia bisa menanggung penderitaan – kebenaran apa yang memantapkan dia?

Konteks: kata kunci atau frasa

Seperti halnya kunci, kata kunci membantu membuka kunci makna suatu bagian, paragraf, pasal, atau kitab.

Kata kunci biasanya dikenali dengan kata-kata yang diulangi walaupun tidak selalu.

Kata Kunci sangat penting untuk memahami bagian ini & tidak dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi makna.

Kata kunci mungkin termasuk kata ganti, sinonim, frasa yang terkait erat (misalnya, hakim, penghakiman, menghakimi).

Tuhan, Yesus, Roh Kudus, selalu merupakan kata kunci.

Ingat untuk selalu menanyakan 5W dan 1 H untuk setiap kata kunci atau frasa.

Tandai kata kunci dengan cara yang khas – menggunakan simbol, warna, untuk membuatnya mudah diingat.

Ilustrasi mengenai kata kunci

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Yohanes 1:1.

Apa kata kuncinya?

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes 1:14.

Hanya ada 2 kali muncul kata “Firman” dalam Yohanes 1.

Dalam belajar Alkitab jangan lupakan kata penghubung seperti “DAN”

Kata “Dan” sangat penting karena seringkali kata itu memperjelas suatu kalimat seperti kata “tetapi, dll”

Selalu waspada untuk kata penghubung yang penting ini karena kata-kata tersebut akan memperkenalkan penjelasan atau kesimpulan bahkan menimbulkan pertanyaan.

Kata-kata seperti “Mengapa, karena itu, ada untuk?” seringkali kata sesudahnya adalah penjelasan dari penulis.

Cari kata-kata seperti: “kemudian”, “setelah ini”, “sampai”, “kapan”, “segera”, “sekarang”

Ini seringkali ungkapan waktu mengidentifikasi waktu atau urutan peristiwa dari pertanyaan “5W & H”, ekspresi waktu menjawab “Kapan?”

Tandai frasa waktu yang signifikan dengan lingkaran atau tampilan jam

Amati apa yang Anda pelajari “Ketika” sesuatu terjadi.

Contoh penggunakan kata penghubung dalam Mzm 73:15 “sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.”

Sekian dulu cara belajar Alkitab Induktif untuk membantu kita melakukan meditasi Alkitab. Selanjutnya adalah bagaimana mengaplikasikan.

Live each day as it was your last

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 pelajaran Alkitab

Iklan