2 Perkataan Yang Membawa Kita Masuk Neraka di Matius 5:21-22
Daftar isi:
Kata-katamu membunuhku…
Hidup itu harus dirawat. Seperti merawat tanaman. Supaya bertumbuh dan hidup segar. Itu maka Tuhan membuat peraturan bagaimana cara memelihara hidup manusia.
Salah satu cara adalah dengan larangan membunuh. Larangan ini dibuat karena dosa. Dosa menimbulkan tindakan kejahatan. Salah satunya membunuh.
Membunuh itu menghilangkan nyawa orang. Mematikan orang.
Bahasa Yunani, disebut phoneuo. Artinya untuk membunuh seorang manusia secara tidak adil.
Webster (versi modern) mengatakan bahwa pembunuhan adalah sebuah kejahatan yaitu membunuh seseorang secara tidak sah terutama dengan niat jahat yang telah dipikirkan sebelumnya.
Kata Ibrani untuk “pembunuhan” mengacu pada pembunuhan yang disengaja, bukan pembunuhan yang tidak disengaja. (Kel 20:13, Ul 5:17).
Nah, pada waktu Yesus berbicara kepada orang banyak, Dia kembali mengulangi perintah dalam hukum Tuhan, “Jangan membunuh.” Dan hukum ini sudah mereka dengar.
Kamu telah mendengar, kata Yesus. Kemungkinan mereka hanya mendengar. Tidak mempelajari untuk diri mereka sendiri. Ajaran ini kebanyakan mereka dengar dari ahli taurat dan orang farisi.
Arti membunuh
Membunuh yang dimaksud dibagian ini seperti yang di definisikan Webster’s Dictionary edisi tahun 1828, sbb:
Pembunuhan sebagai tindakan membunuh manusia secara tidak sah dengan niat jahat yang direncanakan, oleh orang yang berakal sehat/sadar.
Untuk dianggap sebagai pembunuhan dalam hukum, orang yang membunuh orang lain harus berakal sehat atau memiliki alasannya sendiri.
Dan tindakan tersebut harus dilakukan dengan niat jahat, yang telah dipikirkan sebelumnya atau direncanakan; tetapi kedengkian mungkin tersirat, serta diungkapkan.”
Poinnya, seeorang yang secara sadar, telah merencanakan, memikirkan sebelumnya, dengan alasan apa saja untuk menghabisi nyawa, mematikan hidup seseorang.
Tindakan itu dirancang dalam pikiran, dan diwujudkan dalam perbuatan. Semua ini biasanya karena ada amarah dan kebencian yang menguasainya.
Yesus katakan, tindakan pembunuhan ini akan mendapat hukuman.
Musa mencatat ketetapan Tuhan setelah air bah “ Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri. “ (Kejadian 9: 5,6)
Jadi, Tuhan menuntut pembunuhan dengan hukuman yang sesuai dengan kejahatan. Disini hukuman mati dibenarkan.
Pembenaran hukuman mati, yang ditetapkan di sini, adalah untuk menegakkan kemuliaan hidup manusia, yang dibuat menurut gambar Tuhan.
Jadi pembunuhan adalah penghinaan terhadap Tuhan dan juga terhadap sesamanya. Dan itu akan mendapat hukuman. Bahkan bisa hukuman mati. Lihat Rm 13: 4.
Perluasan hukum jangan membunuh
Yesus memperluas makna hukum jangan membunuh. Perluasan ini sebagai antisipasi terhadap upaya seseorang menghilangkan nyawa orang lain.
Perluasan ini juga sebagai cara Tuhan melindungi kita dari tindakan pembunuhan karakter.
Kita ini kan terdiri dari manusia jasmani dan rohani. banyak orang takut membunuh orang secara fisik. Tetapi dia gantikan itu dengan membunuh karakter seseorang dengan kata-kata dan sejenisnya.
Nah, itu maka Yesus mendaftarkan dua tindakan yang sama dengan pembunuhan yang akan mendapat hukuman berat. Yaitu marah dan mengata-ngatai orang dengan kasar.
Ini adalah sesuatu yang sama sekali baru, sesuatu yang belum sepenuhnya belum kita pahami.
Yesus mengajarkan bahwa, tidak melakukan pembunuhan itu tidak cukup. Tetapi, kita tidak pernah berharap. Terlintas dalam pikiran pun tidak, untuk membunuh.
Mungkin kita belum pernah memukul seseorang; tetapi siapa yang bisa mengatakan bahwa kita tidak pernah berkeinginan untuk menyerang seorang?
Bisa jadi kita tidak pernah berzina; Tetapi siapa yang bisa mengatakan bahwa kita tidak pernah mengalami keinginan akan hal yang dilarang itu?
Ajaran Yesus adalah bahwa pikiran sama pentingnya dengan perbuatan. Kita tidak cukup untuk tidak melakukan dosa; satu-satunya hal yang cukup adalah tidak ingin melakukannya.
Itu adalah ajaran Yesus bahwa seseorang tidak hanya dinilai oleh perbuatannya, tetapi lebih dinilai oleh keinginan yang tidak pernah muncul dalam perbuatan.
Menurut standar dunia, seseorang disebut baik, jika dia tidak pernah melakukan hal yang dilarang.
Dunia tidak peduli untuk menilai apa yang ada dalam pikiran kita.
Menurut standar Yesus, seorang bukanlah orang baik sampai dia bahkan tidak pernah ingin melakukan hal yang dilarang.
Yesus sangat memperhatikan pikiran seseorang.
Marah, jahil dan kafir
Orang yang marah biasanya akan disertai dengan ucapan kata-kata yang penuh emosi dan cenderung kasar.
Tetapi kita perlu lihat lebih jelas, marah dan kata kafir dan jahil yang dimaksud Yesus dalam ayat ini.
Pembunuhan dimulai dengan amarah..
Yesus mengatakan, siapa yang marah harus dihukum..
Marah di dalam ayat ini, menurut terjemahan KJV sbb: , “But I say unto you, That whosoever is angry with his brother without a cause….(tanpa alasan). Marah tanpa alasan.
Jadi marah tanpa alasan yang jelas adalah dosa terhadap sesama..sebab satu-satunya alasan kemarahanya adalah karena benci, dendam dll..
Maka, ketika kita marah tanpa alasan, kita telah membunuh jiwa, semangat dan psikologisnya..sama artinya kita tidak mengasihi dia sebagai sesama manusia..
Karena itu, jangan buru-buru marah..lihat dulu apakah ada alasan yang benar utk kita marah..!
kemarahan tanpa sebab bukan hanya tidak dapat dimaafkan tetapi juga merupakan kejahatan yang perlu diperbaiki.
Namun demikian, ada kemarahan yang benar terhadap dosa..
Kemarahan adalah hal yang bodoh. Itu membuat kita menjadi perusak, bukan pembangun. Itu merampas kebebasan kita dan membuat kita menjadi tawanan.
Membenci seseorang berarti melakukan pembunuhan di dalam hati kita (1 Yohanes 3:15).
Marah, atau orgizo (Yunani) artinya Marah, geram atau terprovokasi dan digunakan dalam PB kemarahan manusia dan setan.
Orgizo menggambarkan kemarahan yang mendidih yang dipupuk dan tidak dibiarkan mati. Hal itu terlihat dari dendam yang membara, kepahitan membara yang tak mau memaafkan.
Kemarahan itulah yang memelihara kebencian dan tidak menginginkan rekonsiliasi.
Kafir
Kemudian kata “kafir” dalam BIS memaki. Bh yunani rhakah =orang yang tidak berharga.” Jadi pengertian ayat, “siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir!..”
Artinya mengata-ngatai orang lain atau memaki orang dengan kasar, dengan penekanan suara yang tidak enak..itu adalah pembunuhan..
Raca sering muncul dalam literatur Rabi. Idenya adalah “kepala kosong (” orang bebal “),” atau “numbskull,” atau “orang yang berpikir seperti keledai.”
Dalam pengertian itu Raca mengungkapkan penghinaan yang tidak manusiawi yang berusaha untuk melucuti martabat seseorang dengan memandang mereka sebagai tidak berharga!
Mengatakan “Raca” kepada seseorang sama saja dengan mengatakan, “Dasar bodoh!“
Raca — itu setara dengan pembunuhan di mata Tuhan. Raca adalah julukan.
Penggunaannya mirip dengan umpatan rasial di zaman modern. Ini berfungsi untuk menghina seseorang.
Mengapa “raca” atau “kamu bodoh” sebagai dosa yang membuat seseorang masuk neraka? Jawaban singkatnya adalah bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar Tuhan.
Tuhan tidak pernah menggunakan kata itu menghina kita. Tetapi dia mengasihi kita.
Jahil
Lalu kata “ jahil” dalam terjemahan baru, terjemahannya kurang tepat..yang paling mendekati adalah BIS “Tolol” atau KJV “Fool” (Bodoh)..dlm bhs yunani = Moros artinya bodoh (stupid)..
William Baclay dalam komentarinya (141), “Mengucapkan sesuatu yang menghina merupakan sesuatu yang lebih buruk, dan kata-kata yang sembrono atau jahat yang menghancurkan nama baik seseorang adalah yang terburuk dari semua..”
Kata moros “mengungkapkan bentuk penghinaan yang lebih serius daripada Raca. Raca mengungkapkan penghinaan terhadap kecerdasan manusia = Anda bodoh!
Moros, Lebih banyak mengungkapkan penghinaan terhadap hati dan karakternya = Anda bajingan.
Yesus menganggap ini sebagai pelanggaran tertinggi melawan hukum kemanusiaan.
Hukuman
Nah, semua perbuatan diatas akan mendapat hukuman. Akan dibawa kemahkamah agama dan akhirnya ke neraka.
Menurut Talmud (Ḳiddushin 28a, Soncino ed., Hlm. 133) seorang pria yang bersalah karena memfitnah orang lain dengan menggunakan julukan “budak” harus dikucilkan dari sinagoga selama 30 hari, dan seorang pria yang disebut “bajingan Menerima 40 cambukan.
Dalam kasus seseorang yang menyebut orang lain “jahat,” orang yang tersinggung dapat “berjuang melawan, “atau” menyentuh “hidupnya (dengan merampas kebutuhan hidupnya, dll.)
Pada akhirnya Yesus katakan, “Akan diserahkan ke api neraka yang menyala-nyala.”
Diambil dari kata Gehenna.
Secara harfiah adalah lembah Hinom, lembah tempat kotoran dan hewan mati di kota itu dibuang dan dibakar.
Di tempat ini sampah dan bangkai terus menerus dibakar. semuanya merupakan simbol yang cocok untuk nasib masa depan bagi semua orang yang tidak bertobat, pria dan wanita jahat yang belum lahir kembali.
Jadi Gehenna atau neraka yang dimaksud disini adalah hukuman bagi orang-orang yang melakukan pembunuhan baik fisik, dan jiwa seseorang.
Mereka akan menerima kebinasaan kekal, bersama dengan Iblis dan orang-orang jahat lainya.
Meredakan amarah
Kristus di sini menunjukkan kepada kita bahwa perintah, “Jangan membunuh,” berhubungan dengan amarah, dengan kata-kata marah, dengan kata-kata kutukan, dengan kata-kata cemoohan.
Karena semua ini adalah membunuh, menyakiti dan melukai perasaan seseorang. Dan nafsu marah ini dilarang di bawah perintah, “Jangan membunuh.”
Apakah kita pernah bersalah karena “pembunuhan”?
Jika kita jujur, kebanyakan akan mengatakan kita bersalah atas kejahatannya terhadap sesama kita.
Kita perlu merenung sejenak terhadap ucapan-ucapan yang kasar, merendahkan, menghina, fitnah sesama kita dengan lidah kita.
Ingat, Kata-kata kita umumnya merupakan barometer akurat dari kondisi spiritual kita yang sebenarnya.
Apa yang kita ucapkan itulah kita..
Ilustrasi
Sebuah surat kabar melaporkan insiden kekerasan yang tragis yang terjadi di sebuah negara Amerika Selatan.
Seorang petani membunuh sahabatnya saat mereka berdebat tentang perbedaan politik. Ketika ditanya mengapa dia melakukannya?
Dia menjawab dengan kata-kata yang menakutkan ini: “Kami mulai dengan damai, dan kemudian kami bertengkar. Saya membunuhnya ketika saya kehabisan kata-kata.”
Kita diingatkan dalam ajaran Yesus di Matius 5 tentang hubungan erat antara kemarahan dan pembunuhan.
Pertama Dia menekankan keseriusan kemarahan (Mat 5:21, 22). Dia memperingatkan bahwa kemarahan yang jahat, sama dengan pembunuhan, akan dihukum oleh Tuhan.
Kemudian Dia memberikan nasehat praktis untuk meredakan amarah pada seseorang yang memiliki sesuatu terhadap orang lain. (Mat 5:23, 24, 25, 26).
“Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.” Amsal 17:14
Ayat ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menghindari semua perbuatan dosa. Jika kita benar-benar ingin menjadi kudus, kita harus “memperhatikan jalan kita, kita tidak ingin menyakiti orang dengan lidah kita.”
Kita harus siap untuk meredam dan mengakhiri pertengkaran dan ketidaksepakatan, agar tidak berangsur-angsur mengarah pada kejahatan yang lebih besar.
Sayangnya, perasaan permusuhan sering kali mengendalikan kita dan menyebabkan kita melakukan hal-hal yang jahat. Pembunuhan.
Itulah mengapa kemarahan yang tidak terselesaikan perlu dilihat sebagai bom waktu yang dapat meledak.
Itu menghancurkan diri kita sendiri dan melakukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada orang lain.
Benar, tidak semua amarah itu salah. Tetapi semua kemarahan yang salah perlu diakui sebelum mengarah pada “pembunuhan.”
Quotes
Saat aku sudah kehilangan kesabaran, Aku juga kehilangan akal sehatku; Saya tidak pernah bangga dengan kemarahan apaun yang saya lakukan. –Jackson
Dia yang mengalahkan amarahnya mengalahkan musuh yang paling kuat.
Mari kita memelihara kehidupan, dengan menjaga amarah kita. Kata-kata kita. Jangan bunuh saya dengan kata-katamu. Berkati saya dengan kata-katamu.
Kalau engkau harus marah kepadaku, karena engkau mengasihi ku, supaya saya hidup lebih baik dan sadar akan kesalahanku.
Bukan karena engkau ingin mematikanku. tetapi Karena saya masih ingin hidup. Dan sayapun tidak ingin engkau mati.
Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya. Amsal 29:11
Live each day as it was your last
Deddy Panjaitan