13 Cara Mengenali dan Mengatasi Masalah Dalam Pernikahan

Oleh: Pdt. Abri Santoso

“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”

Mazmur 127:1

Keluarga yang bahagia sekalipun tidak bebas dari konflik atau masalah. Daln dalam kehidupan ini, masalah akan selalu ada.

Keluarga yang bahagia ialah keluarga yang dapat mengelola dan mengatasi setiap konflik yang muncul dalam keluarga mereka.

Keluarga yang dibentuk oleh dua pribadi yang berbeda dan unik tentu memiliki perbedaan.

Semakin banyak perbedaan, tentu akan menimbulkan lebih kompleks masalah yang dihadapi.

Sebelum bertemu dan bersatu dalam pernikahan, masing-masing pribadi telah mengembangkan selera, kesukaan, kebiasaan, kesenangan, dan ketidaksenangan serta nilai-nilai hidup yang dipegang.

Jadi, sungguh tidak masuk akal jika kita berpikir bahwa dalam keluarga yang baru dibentuk segala sesuatunya harus sama, dilakukan dengan cara dan waktu yang sama.

Masalah dalam Keluarga

Masalah rumah tangga sangat beragam, mulai dari yang dianggap sepele sampai dengan yang berat dan besar.

Beberapa contoh yang bisa memicu munculnya masalah keluarga antara lain :

1. Kehadiran anak pertama yang membuat suami istri harus menata ulang ritme kehidupannya. Jika tidak siap akan memicu konflik dan ketegangan hubungan antara keduanya.

2. Sang suami harus bekerja minimal 8 jam sehari, sedangkan sang istri harus tinggal di rumah mengurus anak dan rumah seharian.

3. Sikap dan tindakan yang kurang berkenan terhadap atau dari keluarga baik pihak istri/suami.

4. Anak beranjak remaja menuju dewasa dan mulai sering meninggalkan rumah.

5. Masa pensiun tiba dan keduanya tinggal di rumah.

6. Suami selalu memencet pasta gigi dari bawah, sedangkan suami selalu dari atas.

7. Saat mengobrol yang seorang senang bercerita panjang lebar, sedangkan pasangannya hanya memberikan garis besarnya saja.

8. Isteri perlu kamar yang benar-benar gelap untuk tidur, sedangkan suaminya tidur dengan lampu menyala atau sebaliknya.

9. Yang seorang biasa menggantung baju di mana saja dia suka, sedangkan yang lain menata baju dengan gantungan berdasarkan warna dan adanya jarak antar gantungan.

10. Ketika anak dalam keadaan sakit, yang seorang terlihat begitu gelisah, sedangkan yang lain tampaknya tenang-tenang saja.

11. Bagi suami istri yang sama-sama bekerja, perbedaan pendapatan atau penghasilan sering kali menjadi masalah, terutama jika pendapatan istri lebih besar dari pendapatan suami.

Faktor Pemicu Masalah Keluarga

Bernard Wiese dan Urban Steinmetz berkata:

“Ketidaksesuaian pendapat tak terelakkan dalam suatu pernikahan dan kehidupan keluarga. Kadang kala, masing-masing pribadi dapat menjadi pesaing, seperti juga penolong dan pelengkap bagi pasangannya. Setiap pasangan harus menghindari sikap menjauhkan diri yang sering muncul ketika konflik terjadi; dan membenahi hubungan mereka supaya tidak ada lagi sakit hati, keinginan untuk saling membalas, atau saling menuduh. Untuk dapat mencapai hal itu, perbedaan-perbedaan harus didiskusikan secara terbuka sehingga komunikasi yang baik dapat dipulihkan. Reaksi kemarahan memang tak dapat dihindari dalam kehidupan seseorang, tetapi yang paling penting adalah apa yang diperbuat seseorang dengan amarahnya itu.”

Persiapan Pernikahan, 174

H. Norman Wright, seorang konselor keluarga dan pernikahan, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang berubah pada lembaga pernikahan, yang dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga yaitu:

  1. Berkurangnya saling pengertian di antara pasangan yang menikah.

2. Hilangnya tekad untuk mempertahankan pernikahan.

3. Berkembangnya harapan-harapan yang tidak realistis terhadap pernikahan.

Meskipun saat masih pacaran yang mungkin saja bertahun-tahun dan sudah saling mengenal dan saling mengisi tapi itu bukan jaminan bahwa kehidupan rumah-tangganya akan berjalan lancer tanpa ada permasalahan.

Untuk itu kita perlu mengenal masalah-masalah apa yang bisa mengakibatkan kegoncangan dalam rumah tangga kita..

Bukan hanya riak-riak kecil atau ombak tetapi bisa berpotensi menjadi badai yang akan menenggelamkan bahtera rumah tangga kita.

Masalah-masalah dalam Rumah tangga kita ada beberapa, yaitu:

A. BERSUMBER DARI SUAMI – ISTERI SENDIRI

  1. Kurangnya saling pengertian mungkin karena tidak atau kurang kemauan untuk mempelajari diri sndiri maupun diri pasangannya.

2. Kurang Terbuka atau ada masalah yang tersembunyi yang belum pernah diselesaikan

3. Adanya Kecurigaan baik dari pemakaian uang maupun dari segi hubungan intim dengan orang lain (WIL = Wanita Idaman Lain atau PIL = Pria Idaman Lain)

4. Ketidakmampuan Suami untuk memenuhi kebutuhan primer (Sandang pangan papan yang layak) dan kebutuhan Sekunder dan Psikis (kurang penghargaan, kurang sopan dalam tata pergaulan, kasar dll

5. Kurang perhatian Suami tentang urusan rumah tangga disebabkan terlalu sibuk dalam tugas pekerjaannnya sehingga Isteri lebih berperan, apalagi bila sifat Suami agak pendiam dan Isteri suka berbicara.

6. Ketidakpuasan Suami terhadap pelayanan Isterinya termasuk kurang pelayanan menyediakan makanan atau kurang mengetahui selera Suami juga kurang puasnya dalam pelayanan hubungan intim (baik dari Suami maupun Isteri)

7. Ketidakpercayaan Suami terhadap kemampuan Isterinya karena merasa lebih tinggi pendidikannya, status social ekonominya dll sebelum pernikahan mereka.

B. BERSUMBER DARI ORANG TUA KEDUA BELAH PIHAK

1. Ketidaksetujuan pernikahan dari salah satu pihak orsng tua atau kedua belah pihak sehingga sering terjadi konflik pendapat antara orang tua dan anaknya yang sudah menikah tersebut

2. Campur tangan Orang tua yangs erring terjadi dalam urusan keluarga anaknya dengan pemikiran bahwa anaknya walaupun sudah berkeluarga, masing-masing mengaggap masih dibawah asuhannya, sehingga sering menggurui.

3. Sifat Orang tua yang masih lebih dekat kepadaa naknya sendiri dan merasa bahwa anak mantunya belum diterima sebagai anaknya sendiri.

sehingga timbul kecurigaan dalam perilaku anak mantu dan merasa cemburu atas keintiman anaknya dengan isteri atau dengan suaminya, dan orang tua merasa terampas kasih sayangnya.

Mungkin juga disebabkan bahwa salah satu pihak orang tua lebih tinggi Sosial Ekonominya sehingga mengaggap rendah mantunya dan besannya, hal ini dapat terlihat dari pembawaan dan perlakuannya sendiri.

C. BERSUMBER DARI ORANG YANG MENUMPANG DALAM KELUARGA (KEPONAKAN DARI SUAMI/ISTERI, ADIK/ADIK IPAR/KENALAN)

1. Perilaku dari penumpang dalam keluarga dapat menimbulkan masalah atau menjadi perselisihan antara suami – isteri, apalagi pada mulanya kurang/ tidak disetujui oleh salah satu baik dari Isteri maupun suami.

2. Pengaruh negative dari penumpang dalam rumah tangga dapat menimbulkan perselisihan dalam keluarga terutama kepada anak-anak.

Misalnya : pulang terlalu larut malam sementara kita buat aturan kepada anak kita paling malam jam 21.00

Apabila masalah-masalah tadi tidak teratasi maka seringkali rumah tangga itu akanberubah menjadi sebuah arena pertarungan yang tak pernah ada yang menang.

Kalaupun ada usaha untuk menghindari pertengkaran dengan berdiam diri saja tanpa ada kemauan dari keduanya yaitu suami-isteri secara serius untuk memperbaiki keadaan..

Maka terjadi juga perubahan suasana menjadi sunyi sehingga hilanglah kebahagiaan yang diidam-idamkan sejak awal pernikahan.

Gelak tawa dan canda ria, suasana riang gembira tak pernah lagi kedengaran dan yang kedengaran hanyalah suara gemerisiknya atau berdentangnya alat-alat rumah tangga dan tangisan bayi serta anak-anak yang ketakutan.

Betapa sengsaranya sebuah keluarga bila tidak ada ketenteraman jiwa karena tidak ada kemauan untuk memperbaikinya.

CARA MENGATASI SEMUA MASALAH-MASALAH

1. Masalah yang bersumber dari suami – isteri, hendaknya ada kemauan untuk mengatasi tanpa bantuan dari pihak luar, baik dari orang tua maupun mertua apalagi orang lain di luar keluarga kita.

2. Suami Isteri sebaiknya berusaha mempelajari masalah yang timbul dari diri sendiri seperti sebutan mengatakan “BACK TO BASIC”, kembali ke masa-masa bahagia, kasih saying semula pada waktu pacaran atau bulan madu (kalau ada).

3. Pakar Rumah Tangga katakana bahwa masa rawan suatu pernikahan adalah pada usia pernikahan 0 – 5 tahun

4 Namun tetap waspada, karena banyak juga masalah timbul bahkan di saat suami isteri sudah tidak muda lagi.

5. Suami Isteri perlu saling mengisi, saling pengertian, saling mengalah demi kokohnya pernikahan menuju kebahagiaan.

Komunikasi yang bebas adalah salah satu kiat yang mujarab untuk mengatasi persoalan di atas, Rela berbicara dan mendengar serta jangan membiarkan perasaan marah, dongkol, dan jengkel atau berdiam diri.

6. Masalah yang bersumber dari Orang tua atau Mertua dapat diatasi bila terdapat saling pengertian antara suami isteri, seia sekata untuk menghadapi masalah tersebut.

Jangan biarkan Orang tua ataupun Mertua bertahta/memerintah dalam keluargamu.

Anda layak menghormati Orang tua tetapi bila terlalu jauh memasuki urusan keluarga Anda, disinilah anda harus bijaksana.

7. Jangan sekalipun memburuk-burukkan atau membeber-beberkan kekurangan atau kejelekan suami atau isteri kepada orang lain, baik kepada orang tua sendiri maupun kepada mertua.

8. Kalaupun Orang tua Anda memberi pandangan untuk mengajar suami atau isteri, terimalah nasihat dengan baik, tetapi keputusan yang paling jitu adalah di tangan Anda sendiri/

9. Jangan juga diberitahukan kepada pasangan hidup Anda apa yang telah dikatakan oleh orang tua atau pihak saudara Anda sendiri, karena akan dapat mengundang perselisihan antara Anda dengan pasangan Anda.

10. Begitu pula bagi para orang tua, harap tidak terlalu jauh mencampuri masalah rumah tangga anaknya, kecuali diminta oleh salah seorang dari mereka.

Ingat pula bahwa sejak pernikahan orang tua telah menyerahkan mandate sepenuhnya kepada keluarga baru itu (Ingat prosesi pemberkatan pernikahan: Siapa yang akan menyerahkan wanita ini untuk dinikahkan dengan pria di samping saya?

Pendeta bertanya dan Orang tua menjawab : Kami sebagai Orang tuanya!)

11. Bersikaplah bijaksana bila akan mencampuri urusan keluarga anak dengan senantiasa mengingat bahwa Anda sebagai orang tua adalah Orang luar yang pernah mendidik, mengasuh dan melahirkan.

12. Mengatasi Masalah yang bersumber dari pihak orang yang menumpang di rumah kita, hendaklah dari semula atas persetujuan bersama suami isteri.

13. Bila tidak dapat diatasi bersama masalah timbul dari orang yang menumpang tersebut lebih baik adakan musyawarah antara suami-isteri.

Dan bila dirasa lebih baik pihak yang menumpang di rumah Anda itu pergi meninggalkan Anda demi kebahagiaan rumah tangga Anda, lakukanlah itu!

Pdt. Abri Santoso, Direktur Pelayanan Rumah Tangga, Kesehatan, Pelmas, ADRA, APM di Jawa Kawasan Timur.

Bagikan:

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *